Gangguan Emosi Pascapersalinan akan Berdampak ke Anak

By Alia An Nadhiva, Selasa, 25 Oktober 2016 | 20:00 WIB
depresi pascemelahirkan (Julie Erikania)

Tabloid-Nakita.com – Di awal kehidupannya, bayi membutuhkan limpahan kasih sayang yang nyata dari pengasuh utamanya, yakni Mama. Bagaimana Mama merespons setiap tangisan atau kebutuhannya, seberapa sering Mama menggendong, memeluk, dan berkomunikasi dengannya, akan membentuk dasar hubungan emosional yang kuat antara Mama dengan bayi. Si kecil akan merasa aman, nyaman, dan melalui pola ini, ia pun akan belajar memercayai orang lain.

Anna Surti Ariani, SPsi., MSi., Psikolog, mengatakan, jika Mama mengalami gangguan emosi dan gangguan tersebut berlangsung lama, maka proses pembentukan kedekatan emosional itu akan terganggu. “Mama menjadi tidak responsif terhadap kebutuhan bayi dan ia pun akan kesulitan memercayai orang lain,” ujar Psikolog dari Klinik Terpadu Universitas Indonesia, Depok, dan Klinik Tiga Generasi, Jakarta Selatan, ini.

Bila Mama depresi, tambah perempuan yang akrab disapa Nina ini, Mama akan menjadi tidak konsisten dalam mengurus bayi. Satu hari Mama bisa jadi sangat perhatian, tetapi di hari lain Mama bisa saja tidak mau peduli sama sekali dengan kebutuhan bayi atau merespona kebutuhan anaknya secara negatif.  

Para ahli mengatakan, kondisi ini dapat menimbulkan kerenggangan dalam hubungan Mama dengan bayi, yang dapat terus berlanjut hingga masa pertumbuhan anak. Dampaknya antara  lain: •    Anak akan kesulitan berinteraksi dengan ibunya. Ia merasa tak nyaman berada di dekat ibunya atau cenderung rewel saat bersama dengan ibunya. •    Anak cenderung menjadi sosok pendiam, suka menyendiri, atau pasif. •    Anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan. •    Anak cenderung mengalami masalah perilaku, seperti agresif, tantrum, dan hiperaktif.

Karena itulah, gangguan emosi pascapersalinan perlu diatasi, bahkan dicegah sejak sebelum kehamilan terjadi. Ada tiga jenis gangguan emosi pascapersalinan, yaitu PPB (postpartum blues) alias baby blues; PPD (postpartum depression) atau depresi pascapersalinan; dan PPP (postpartum psychosis) atau psikosis pascapersalinan.

Dukungan keluarga, terlebih-lebih pasangan hidup alias suami, sangat berperan dalam membantu Mama mengatasi dan mencegah munculnya gangguan emosi pascapersalinan. Untuk itu, kenali gejala masing-masing gangguan emosi tersebut dan tindakan apa yang sebaiknya dilakukan. Simak bahasan selengkapnya di rubrik BERANDA tabloid nakita edisi 917 yang terbit Rabu, 26 Oktober 2016.