Tabloid-Nakita.com – Kebiasaan makan selama hamil akan memengaruhi kelancaran proses persalinan. Kok, bisa? Begini penjelasannya, Ma. Proses persalinan yang menguras energi tentunya membutuhkan stamina yang baik. Nah, agar Mama bisa memiliki stamina yang baik, maka kondisi fisik Mama juga harus baik. Kondisi fisik yang baik ini, salah satunya ditentukan oleh makanan yang Mama konsumsi.
Untuk itu, Mama perlu memerhatikan kelengkapan gizi dari makanan yang dikonsumsi selama kehamilan hingga menjelang persalinan, baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro. Jadi, setiap kali makan, baik sarapan, makan siang, maupun makan malam, Mama agar mengonsumsi makanan bergizi seimbang sesuai kebutuhan ibu hamil. Pastikan zat-zat gizi berikut ini selalu ada pada menu harian Mama, ya.
# Karbohidrat Dibutuhkan sebagai sumber energi. Makanan sumber karbohidrat terdapat pada nasi, roti, mi, bihun, pasta, havermut, dan kentang. Akan lebih baik bila Mama memilih karbohidrat kompleks, misalnya, nasi merah, roti gandum, dan havermut. Karbohidrat kompleks akan diserap secara perlahan, sehingga membantu kenyang lebih lama, apalagi pada mamil dengan obesitas atau diabetes. Karbohidrat kompleks juga mengandung serat yang dibutuhkan oleh mamil untuk menghindari terjadinya konstipasi atau sulit BAB.
# Protein Dibutuhkan lebih banyak oleh tubuh saat hamil. Kebutuhan akan protein yang meningkat ini diperlukan untuk pembentukan jaringan dan pertumbuhan janin. Sumber protein terdiri atas protein hewani dan protein nabati. Bahan makanan sumber protein hewani, antara lain: ayam, ikan, telur, daging, dan susu. Sedangkan sumber protein nabati, misalnya, tahu, tempe, kacang-kacangan.
# Lemak Merupakan sumber energi, sekaligus diperlukan dalam penyerapan vitamin larut lemak, yaitu vitamin A, D, E, K. Asam lemak tidak jenuh rantai panjang (PUFA) diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan otak janin. Untuk mendapatkan asam lemak tak jenuh (omega 3), Mama bisa mengonsumsi minyak zaitun, minyak kanola, dan ikan laut.
# Vitamin dan Mineral Dapat diperoleh dari sayur dan buah. Selain itu, sayuran dan buah juga merupakan sumber serat. Vitamin dan mineral yang perlu diperhatikan kecukupannya antara lain: * Zat besi berperan dalam pembentukan hemoglobin yang merupakan pembawa oksigen dalam darah. Selama hamil, volume darah dalam tubuh Mama meningkat, sehingga itu dibutuhkan lebih banyak zat besi. Zat besi terdapat, antara lain pada daging, ayam, dan ikan. * Kalsium diperlukan untuk menjaga kekuatan tulang Mama dan pertumbuhan tulang janin. Bahkan, penelitian mengungkap, asupan kalsium saat hamil dapat membantu menurunkan risiko hipertensi pada kehamilan. Kalsium didapat melalui susu dan produk susu, kacang-kacangan, serta sayur berdaun hijau. * Seng dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan saraf serta daya tahan tubuh. Kekurangan seng saat hamil berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya BBLR (berat bayi lahir rendah). Bahan makanan sumber seng ialah daging sapi, roti, susu, sayur. * Asam folat terlibat dalam metabolisme asam amino dan sintesis DNA, RNA, serta protein. Kurangnya asupan asam folat di awal kehamilan dapat menyebabkan gangguan pembentukan selubung saraf pada janin. Oleh karena itu, Mama perlu mengasup sumber asam folat berupa sayuran, roti, sereal, kentang. * Vitamin dan mineral penting lainnya: selenium, magnesium, yodium, vitamin A, vitamin D, vitamin B1, riboflavin, vitamin B12, vitamin C, kolin.
HINDARI MAKANAN/MINUMAN BERIKUT Selain itu, demi kesahatan Mama dan janin serta kelancaran persalinan, sebaiknya Mama hindari mengonsumsi beberapa makanan dan minuman ini: • Minuman beralkohol karena dapat memengaruhi kelancaran aliran gizi dari Mama ke janin, selain juga dapat memengaruhi perkembangan janin. • Minuman herbal dengan kandungan yang belum diketahui keamanannya untuk ibu hamil. • Minuman dan makanan yang mengandung kafein. Kafein dalam jumlah tertentu dapat menembus plasenta. Menurut beberapa literatur, kafein dalam dosis tinggi, antara lain dapat meningkatkan risiko kelainan kongenital, yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang. • Makanan mentah karena berisiko terkontaminasi kuman penyakit.
Sumber: dr. Cindiawaty Josito Pudjiadi MARS, MS, SpGK dari RS Medistra, Jakarta