Nakita.id - Moms mungkin telah mendengar bahwa konsumsi antibiitik tidak boleh sembarangan.
Pasalnya, jika antibiotik dikonsumsi sembarangan dapat menyebabkan resisten antibiotik, yang menyebabkan antibiotik tersebut tidak berfungsi secara efektif.
Resistensi antibiotik disebabkan karena bakteri tidak lagi dapat dimatikan dengan antibiotik, sehingga mengancam kemampuan tubuh dalam melawan penyakit infeksi.
Baca Juga : Berita Kesehatan Akurat: Alternatif Antibiotik untuk Membunuh Bakteri
Akibatnya dapat mengakibatkan kecacatan bahkan kematian.
Jika jumlah bakteri resisten antibiotik semakin banyak, ragam prosedur medis seperti transplantasi organ, kemoterapi, pengobatan diabetes, dan operasi besar menjadi sangat berisiko.
Efek dari kondisi ini, pasien harus menanggung perawatan yang lebih lama dan mahal.
Baca Juga : Berita Hoax Kesehatan: Sakit, Antibiotik Menjadi Salah Satu Obatnya
Resistensi antibiotik saat ini bertanggung jawab atas 700 ribu kematian di seluruh dunia.
Baca Juga : Berita Kesehatan Akurat: Cara Minum Antibiotik, Salah Fatal Akibatnya!
Para ahli kesehatan, termasuk organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), setuju bahwa jika tidak ada tindakan yang diambil, AMR diperkirakan akan mengakibatan sekitar 10 juta kematian secara global setiap tahun pada tahun 2050.
Baca Juga : Catat Berbagai Ciri Janin Telat Berkembang dalam Kandungan Moms
Untuk mengendalikan resistensi antibiotik, sangat penting mengimplementasikan upaya penatalaksanaan antibiotik.
Aturan pengendaliannya sendiri sudah dikeluarkan melalui Permenkes No. 8 Tahun 2015.
Melalui aturan ini, setiap rumah sakit diwajibkan memiliki Tim PPRA (Program Pengendalian Resistensi Antimikroba) dan menerapkan program pengendalian antibiotik di rumah sakit masing-masing.
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Trik Menghindari MPASI yang Membuat Bayi Alergi
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Jangan Lupa, Usai Disusui Bayi Disendawakan, Ini Alasan dan Caranya
“Tantangannya sekarang adalah, bagaimana semua komunitas kesehatan, terutama manajemen rumah sakit, agar secara konsisten mengimplementasikan aturan ini di lapangan,” ujar Dr. Anis Karuniawati, PhD, SpMK(K), staf pengajar FKUI, Sekretaris KPRA, dan pengurus pusat PAMKI ditemui dalam acara Program Pengendalian Resistensi Antibiotik di Indonesia oleh RSUI, PAMKI, bersama PFIZER di Depok (15/11).
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Cara dan Alasan Telinga dan Hidungnya Wajib Dibersihkan
Selain itu dr. Erni Juwita Nelwan, Ph.D, Sp.PD-KPTI, konsultan penyakit tropik infeksi di RSCM menyebutkan untuk menerapkan program PPRA, setiap elemen rumah sakit harus memiliki komitmen bersama.
Baca Juga : Moms Harus Tahu, Berikut Cara Menghadapi Perilaku Agresif Anak
Baca Juga : Berita Kesehatan: Ingin Besalin Secara Normal? Lakukan Tips dari Dokter Ini!
“Agar PPRA bisa dilaksanakan oleh rumah sakit secara baik, diperlukan stewardship atau komitmen bersama.
Hal tersebut meliputi tenaga medis maupun non medis, juga infrastruktur rumah sakit melalui kebijakan pimpinan rumah sakit yang mendukung penggunaan antibiotik secara bijak, pelaksanaan pengendalian infeksi secara optimal, pelayanan mikrobiologi klinis dan pelayanan farmasi klinis secara professional,” ungkapnya.
Baca Juga : Baiq Nuril dan Anaknya Kirim Surat ke Presiden: 'Jangan Suruh Ibu Saya Sekolah Lagi'
Sebenarnya, resistensi antibiotik ini bisa dicegah dengan meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Alami Keputihan? Ini Resep Alami untuk Mengobatinya!
“Kejadian resiko resistensi antibiotik sebagian besar dapat dicegah dengan beberapa cara, yaitu meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan, kewaspadaan dini dan komunikasi aktif dengan pasien, sehingga penggunaan antibiotik dapat dilakukan secara bijak dan infeksi dapat dikendalikan secara benar,” ujar Dr. dr. Julianto Witjaksono, Sp.OG (K), MGO, Direktur Utama RSUI.
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Bebagai Penyebab Gigi Anak Belum Tumbuh
Penulis | : | Nia Lara Sari |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR