Menurut Tara, faktor psikologis dan fisiologis turut memengaruhi makanan yang dikonsumsi seseorang dan menentukan hubungan makanan dan emosi.
"Secara fisiologis, ketika stres otak manusia akan mengalami perubahan kimiawi dimana ini memiliki peranan besar mengatur mood kita yaitu hormon dopamin dan serotonin," ungkap Tara memulai sesi diskusinya.
Secara otomatis, kedua hormon ini akan menurun saat seseorang mengalami stres sehingga kita akan malas melakukan apapun bahkan depresi," jelas Tara.
Penelitian juga menunjukkan, makanan dengan kandungan lemak, gula dan kalori tinggi memang efektif meningkatkan produksi kedua hormon diatas dan membuat mood seseorang kembali bahagia.
Hal inilah yang menjadi jawaban, kebanyakan orang akan melarikan diri pada makanan manis saat kondisi hati sedang tidak menentu.
Sementara itu secara psikologis, seseorang yang sedang stres dan merasa tidak nyaman akan terdorong melakukan cara apa pun untuk menghilangkan stres dan mendapatkan kembali kenyamanan.
Baca Juga : Hilangkan Bau Jengkol Menyengat Cukup dengan Air Beras, Begini Caranya!
"Dalam hal ini, biasanya makan sesuatu yang lezat dan manis akan menjadi pilihan utama untuk meningkatkan mood dan menyingkirkan stres sehingga otak seketika terdistraksi dari stres yang melanda," sambung Tara.
Selain itu, kebiasaan orangtua ternyata turut berpengaruh Moms mengapa anak akan memilih makanan saat stres kala dewasa.
"Coba pas lagi sakit pasti orangtua akan bilang: 'Ayo nak makan yang banyak ya biar cepat sembuh' atau juga kebiasaan memberi makanan manis waktu anak mau ujian.
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR