"Banyak orang terjebak pada hal-hal yang biasa mereka lakukan. Seringkali tak ada kreativitas yang muncul pada kondisi tersebut."
4. Kemarahan bersifat melegakan
Pikirkan lah kapan terakhir kali kamu mengatakan dengan jujur kepada seseorang apa yang benar-benar kamu pikirkan.
Hal itu terasa melegakan, bukan?
Averill menemukan bahwa orang-orang merasa lebih bahagia, optimis dan lega setelah lepas dalam sebuag argumen.
Baca Juga : Bergelimang Harta, Begini Cara Syahrini Meredam Amarahnya, Berkelas!
Meskipun kita kerap mengaitkan agresi dengan kemarahan, dua hal tersebut sebetulnya tidak seterkait seperti apa yang kita pikirkan.
Dacher Keltner, director of The Berkeley Social Interaction Lab mengatakan kepada The Atlantic bahwa faktanya, otak kita mengalami kemarahan dalam konteks positif.
"Ketika kita melihat otak dari orang-orang yang mengekspresikan kemarahannya, tampak otak tersebut sama seperti mereka yang mengalami kebahagiaan," kata Keltner.
Sebab, saat marah kita biasanya merasa memegang kontrol atau seperti mendapatkan kekuatan atas sesuatu.
Baca Juga : Paling Tak Bisa Menahan Amarah, 3 Zodiak Ini Sering Ditinggal Pasangan
Namun, sebelum melepaskan kemarahan pada kerabat sekitar, ingatlah bahwa intensitas marah yang baik adalah intensitas moderat.
Seseorang sudah melebihi batas jika kemarahan adalah hal utama yang kamu pikirkan.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR