Nakita.id.- Sejak tahun 2014, masyarakat Indonesia memiliki jaminan sosial kesehatan dengan nama BPJS Kesehatan.Singkatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Baca Juga : Berita Kesehatan: BPJS Defisit dan Bocor, Peneliti Temukan Masalahnya!
Sudah banyak kalangan masyarakat yang mengakui manfaat menjadi peserta BPJS Kesehatan.
Tidak heran, semakin banyak masyarakat yang terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan.
Mengutip keterangan dari BPJS Kesehatan, sampai 1 Juli 2017, peserta BPJS Kesehatan atau disebut juga Jaminan Kesehatan Nasional mencapai 178,38 juta orang.
Minat masyarakat yang terus meningkat terhadap BPJS Kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor.
Pertama, karena sifat kepesertaan yang memang wajib. Kedua, boleh jadi karena makin banyak yang telah merasakan manfaat menjadi peserta BPJS Kesehatan.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Indonesia Peringkat 6 Penderita Diabetes di Dunia!
Maklum, dibanding asuransi kesehatan koomersial, BPJS Kesehatan jauh lebih komplit menutup seluruh kebutuhan medis masyarakat.
BPJS Kesehatan mengkaver nyaris semua jenis penyakit dengan berbagai tingkatan dan bahkan menutup biaya rawat jalan.
Coverage seluas itu sulit didapatkan dari asuransi kesehatan komersial, terkecuali kita mau membeli produk asuransi kesehatan swasta yang pasti sangat mahal preminya.
Layanan luas BPJS Kesehatan memungkinkan karena konsepnya adalah jaminan sosial (healthcare security) yang bisa diakses oleh semua peserta. Kepesertaan BPJS Kesehatan juga diwajibkan kepada semua warganegara
Baca Juga : Berita Kesehatan: Akhirnya Ilmuwan Temukan Ciri-ciri Fisik Psikopat
Namun, dengan segala kemudahan akses dan masih sangat murahnya iuran, studi terbaru soal Jaminan Kesehatan Nasional menyebut masih banyak generasi milenial belum mendaftar menjadi peserta BPJS Kesehatan. Kenapa?
Studi yang dilakukan oleh peneliti Indonesia yang dipimpin oleh dr. Rina Agustina, MSc,PhD dari Departemen llmu Gizi, FKUl-RSCM menemukan fakta adanya kelompok middle missing atau yang belum terdaftar di sistem JKN- BPJS.
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet ini, hanya 52% kelompok milenial atau berusia 20-35 tahun yang terdaftar sebagai peserta JKN - BPJS.
Baca Juga : Berita Kesehatan Akurat: Bau Mulut? Coba Cek Apa Yang Moms Minum
"Mereka ini mampu membayar tapi belum punya keinginan untuk menjadi peserta. Alasannya banyak, ada yang belum percaya dengan pelayanannya, atau merasa belum sakit sehingga tidak perlu-perlu sekali untuk mendaftar," ujar dr Rina dalam temu media di Aula FKUI, baru-baru ini.
Dalam kesempatan yang sama, Teguh Dartanto, Phd, Kepala Departmen Ekonomi Fakultas Indonesia mengatakan bahwa jumlah kelompok middle missing ini mencapai 54.6 juta jiwa.
Selain keraguan akan pelayanan kesehatan di era JKN - BPJS, kaum milenial yang belum menjadi peserta ini juga masih belum memahami sistem premi asuransi yang diterapkan JKN - BPJS kesehatan.
Baca Juga : Berita Kesehatan : Hipoglikemia Sebabkan Gangguan Pada Irama Jantung
"Ada juga pertanyaan kalau saya nggak pake bisa balik nggak uangnya? Itu pertanyaan yang kerap diajukan milenial. Bagaimana pun juga milenial sehat memengaruhi keberlangsungan masa depan JKN," tambah Teguh.
Ia menambahkan hingga kini belum dipikirkan cara untuk mendorong generasi milenial agar menjadi peserta BPJS Kesehatan.
Menurutnya ini menjadi tantangan bagi pemerintah karena jumlah kelompok middle missing cukup besar.
Baca Juga : Berdiri Saat Bekerja Lebih Sehat Daripada Duduk, Ini Faktanya!
"Sampai sekarang kami, peneliti, belum menemukan cara yang tepat untuk membuat mereka (milenial) menjadi peserta BPJS Kesehatan karena jumlahnya yang cukup banyak," tandas dia. (*)
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Source | : | kompas health,suara.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR