Nakita.id – Masa anak-anak merupakan masa dimana seseorang berusaha tumbuh dan membutuhkan kasih sayang.
Orang tua menjadi hal penting dalam mendukung pertumbuhan seorang anak.
Tentu saja dilihat dari berbagai aspek peran orang tua sangatlah penting.
Sangat menyedihkan jika seorang anak terlahir tanpa pernah mendapat perhatian dan kasih sayang kedua orang tua.
Baca juga: Setelah 3 Tahun Bekerja, Pengakuan Asisten Rumah Tangga Ashanty Ini Bikin Haru dan Terenyuh
Namun, hal tidak biasa terjadi pada seorang anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah.
Dalam sebuah postingan yang diunggah pada akun Facebook Yuni Rusmini menceritakan kisah sedih harus dialami bocah 8 tahun ini.
Dalam posting tersebut bocah bernama andhika asal lumajang ini harus rela menjadi tulang punggung.
Bekerja sendiri dan mencari kehdiupan sendiri tanpa di dampingi kedua orang tuanya.
Anak ini berumur 8 tahun Bapaknya meninggal ketika dia berumur 3 bulan 12 hari.
Baca juga:Momen Haru di Ruang Persalinan, Bayi ini Tak Ingin Lepas Dari Ibunya Usai Dilahirkan
Ibunya umur 44 tahun tidak bisa bekerja karena kaki rematik untuk jalan saja harus merambat.
Di usianya yang jauh dari kata muda, bahkan masih terbilang anak-anak ia bekerja untuk merawat ibunya yang sakit.
Andhika bekerja mencari rumput yang dijadikan pakan kambing.
Upah dari ia mencari rumput kisaran 5000-7000 per hari, dan uang ini terus dipakai untuk hidup ia dan ibunya.
Walaupun dalam keadaan yang menyedihkan dan serba kekurangan Andhina ini tergolong anak yang pandai.
Ia mendapat juara 1 di sekolahannya, dan setiap hari ia harus berjalan kurang lebih 3,5 km dari rumahnya untuk sampai ke sekolahnya.
( Afif Khoirul M / Grid.ID)
Artikel ini sudah tayang di Grid.ID dengan judul "Menyedihkan! Anak Berusia 8 Tahun Ini Merawat Ibunya Tanpa Mempunyai Ayah dan Beginilah Kehidupan Pahit yang Harus Dijalaninya")
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR