4. Merasionalisasi keputusan yang buruk
Selama masa hidup, kita akan membuat beberapa kesalahan finansial. Itu hal yang normal. Yang terpenting adalah keputusan kita untuk bangkit kembali.
"Alih-alih mengakui dan kemudian memperbaiki kesalahan, kita akan sering membuat alasan agar kesalahan terlihat rasional," tulis Clements.
"Kadang-kadang, gagasan bahwa 'saya baru saja membuat keputusan keuangan yang bodoh' mungkin berbenturan dengan gagasan 'saya pintar dalam menangani uang'," kata Clements.
Alih-alih berpura-pura itu bukan masalah besar, perbaiki masalah dan move on.
5. Membuat keputusan secara emosional
Ketika kita mengelola keuangan, menurut Clements, kita mungkin bersikeras meraih manfaat, dan yang ingin kita lakukan hanyalah menghasilkan uang.
"Tetapi sebenarnya, kita sering membuat keputusan karena alasan ekspresif atau emosional."
"Motivasi-motivasi lain ini dapat merusak tujuan kekayaan yang lebih besar,” kata Clements.
Jika kita ingin menjadi kaya, kita perlu menerapkan pandangan objektif untuk keputusan keuangan.
Kita mungkin merasa senang berinvestasi di reksa dana pada instansi yang bertanggung jawab secara sosial.
Atau mungkin, kita tergiur pada perdagangan saham dengan hasil yang instan. Tapi, tidak satu pun dari motivasi tersebut yang memperhitungkan apakah pilihan kita akan terbayar dalam jangka panjang.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR