1. Selalu berbicara atau berpikir tentang kematian.
2. Depresi klinis (kesedihan mendalam, kehilangan minat, sulit tidur dan makan) yang semakin lama semakin memburuk.
3. Memiliki “harapan untuk mati”, sering nekat dan melakukan hal-hal yang berisiko menyebabkan kematian, seperti ngebut di jalan atau menerobos lampu merah.
Kehilangan minat terhadap sesuatu yang sebelumnya sangat ia sukai.
4. Sering bilang bahwa hidupnya hancur, tidak ada harapan, ia tidak bisa membantu apa pun, dan tidak berguna.
5. Mudah menyerah, keinginan berubah-ubah.
6. Sering mengatakan kalimat seperti “Akan lebih baik kalau aku tidak ada,” atau “Aku ingin mati”.
7. Tiba-tiba, secara tidak terduga berubah dari sangat sedih menjadi sangat tenang dan bahagia.
8. Membicarakan tentang bunuh diri atau membunuh seseorang.
9. Bertemu atau menghubungi teman dan keluarga untuk mengatakan selamat tinggal. Bisa lewat percakapan langung atau lewat surat.
Baca Juga : Sedang Hamil Besar, Putri Titian Dapat Kabar Duka Meninggalnya Sang Ayah
Orang-orang yang gerak-geriknya memperlihatkan tanda-tanda peringatan di atas cukup rentan untuk melakukan bunuh diri, Moms.
Terutama jika orang tersebut pernah mencoba bunuh diri sebelumnya.
Berdasarkan American Foundation for Suicide Prevention, seperti dikutip WebMD, antara 20%-50% orang yang memutuskan untuk bunuh diri, sebelumnya pernah berencana bunuh diri.
Jika Moms bertemu dengan orang yang depresi dan berbicara tentang bunuh diri, membuat gerakan seperti ingin bunuh diri, atau berencana bunuh diri, perlakukanlah sebagai keadaan darurat.
Dengarkan orang tersebut, tapi jangan coba untuk berdebat dengannya.
Segera cari bantuan dari petugas profesional seperti polisi, psikiater, atau dokter.
Source | : | Kompas.com,Nakita.id |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR