"Untungnya, dokter-dokter gawat darurat segera mengenali gejala-gejala tetanus yang parah," Judith Guzman-Cottrill, seorang penulis laporan dan seorang profesor pediatri di Oregon Health & Science University, mengatakan dalam sebuah email.
"Semua dokter telah membaca tentang tetanus, dan kami telah melihat foto-foto orang yang menderita tetanus. ...Sangat mendalam."
Ketika pertama kali dirawat di rumah sakit, dia sadar, tetapi tidak bisa membuka mulut, kata laporan itu.
Baca Juga : Bukan Faisal Atau Ariel, Peramal Ini Sebut Luna Maya Jodoh dengan Pengusaha Tajir yang Usianya Lebih Tua
Dokter membius dan mengintubasi dia karena kejang diafragma dan laringnya menyebabkan masalah pernapasan.
Bocah itu diberikan imunoglobulin anti-tetanus untuk lukanya, serta vaksin DTaP, yang melindungi terhadap difteri, tetanus, dan pertusis.
Dia juga ditempatkan di ruangan gelap dengan penyumbat telinga, yang membantu mengurangi intensitas kejang.
Luka kulit kepalanya dibersihkan oleh para profesional medis.
Tetap saja, lengkungan leher dan punggung bocah itu memburuk. Tekanan darahnya melonjak, dan ia menjadi demam.
Dokter memasukkan tabung ke tenggorokannya sehingga ventilator dapat membantu pernapasannya, dan mengobatinya dengan obat penghambat neuromuskuler untuk mengurangi kejang ototnya.
Source | : | washingtonpost.com |
Penulis | : | Amelia Puteri |
Editor | : | Amelia Puteri |
KOMENTAR