Nakita.id – Dalam acara Happy Readers Fun Day hari Sabtu (27/04/2019) lalu, ada hal menarik yang diutarakan oleh Putri Suhendro.
Bekerja sebagai professional storyteller, Putri melihat bahwa dalam sebuah keluarga, ayah cenderung lebih andal dalam membacakan dongeng untuk anak ketimbang ibu.
Mengapa bisa begitu?
Putri Suhendro mengatakan bahwa kebanyakan para ibu terlalu ribet, seringkali terbata-bata, tidak fokus, dan kaku sehingga membuat para ibu justru tersesat dalam cerita.
Kebalikan dari ibu, ayah justru lebih rileks dan tidak terlalu banyak berpikir ketika sedang mendongeng.
Baca Juga : Berikan yang Terbaik, Bahan Alami Harus Jadi Pilihan Utama Agar Bayi Terlindungi
Putri Suhendro juga menuturkan bahwa teknik dalam mendongeng sesungguhnya tidaklah rumit.
Salah satu hal yang sering dilupakan oleh para Moms adalah senyum.
"Anak menyukai suara yang ramah dan riang. Maka dari itu, ibu-ibu kalau sedang mendongeng harus senyum, anak bisa stres kalau lihat ibu cerita tapi mukanya jutek. Coba senyum sampai kelihatan gigi, karena nanti suara yang dihasilkan akan terdengar lebih ramah," ujar Putri.
Selain itu, durasi ketika mendongeng juga seringkali luput dari perhatian.
"Konsentrasi anak itu sangat pendek. Umur 1 tahun, hanya bisa fokus 1 menit. 2 tahun, 2 menit. Pokoknya waktu maksimal dalam mendongeng hanya sampai 5 menit. Nggak usah lama-lama, yang ada anak akan jadi bosan," Putri menambahkan.
Baca Juga : Syahrini Kerap Ekspos Kemesraan Usai Menikah, Pamer Kemesraan di Sosmed Justru Tanda Pasangan Bermasalah?
Menurut Putri Suhendro, salah satu manfaat dari dongeng adalah mengasah ingatan Si Kecil.
Sebagai contoh, Moms bisa bertanya tentang tokoh-tokoh yang terlibat dalam dongeng.
Maka dari itu, ada baiknya tokoh yang disebutkan dalam dongeng tidak usah terlalu banyak.
"Tokoh yang diceritakan dalam dongeng cukup maksimal 4 saja. Kalau lebih detail, anak umur 1-3 tahun cukup 2 tokoh. Anak umur 4-6 tahun cukup 3 tokoh. Sedangkan, di atas 6 tahun cukup 4 tokoh," ujar Putri.
"Kalau terlalu banyak tokoh, anak akan bingung dan tidak mampu mencerna apa yang diceritakan," sambungnya.
Jumlah kalimat ketika mendongeng juga sangat penting.
Menurut Putri Suhendro, idealnya, mendongeng cukup dengan 4 kalimat saja, yang terdiri dari kalimat pembuka, permasalahan, penyelesaian, dan penutup.
Selain menjadi medium untuk berinteraksi dengan Si Kecil, mendongeng juga kerap kali menjadi cara yang digunakan para orangtua untuk memberi petuah pada Si Kecil.
"Nasihat yang diselipkan dalam cerita dongeng nggak usah panjang-panjang ya ibu-ibu. Nanti anak akan bosan dan males duluan setiap kali ibu-ibu baru mau mulai cerita. Kasih nasihat yang sederhana aja," ujar Putri.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: 3 Tips untuk Dads Menghindari Labelling Kepada Anak
Trik terakhir yang disampaikan oleh Putri Suhendro adalah soal posisi ketika mendongeng.
Putri menyatakan bahwa posisi terbaik untuk mendongengkan Si Kecil adalah anak harus dipangku.
"Anak dipangku, terus buku dihadapkan ke anak, jangan ke orangtuanya. Karena nanti Si Kecil nggak bisa lihat muka ibunya. Selain itu, dengan dipangku, anak bisa dengar degup jantung ibunya," kata Putri.
"Kalau ibu-ibu anaknya banyak, yang paling kecil yang dipangku. Kakak-kakaknya duduk di samping," tambah Putri.
Dan, sebelum menutup perbincangan, Putri Suhendro juga mengingatkan bahwa mendongeng tidak harus hanya ketika sebelum tidur.
"Kapan pun ibu-ibu bisa dan boleh membacakan Si Kecil cerita. Kapan pun ketika anak bertanya, ingin tahu tentang sesuatu, kapan pun itu," tegas Putri.
Bagaimana Moms, mudah bukan tips dan triknya? Yuk langsung dicoba!
Baca Juga : Meghan Markle Alami Kehamilan Geriatri, Ini Makanan yang Perlu Dikonsumsi untuk Cegah Risikonya
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR