Nakita.id – Anak adalah seorang peniru ulung. Ia akan menirukan hal-hal yang ia lihat dan dengar.
Apalagi anak-anak usia prasekolah biasanya belum memahami benar arti kata yang ia ucapkan.
Tidak hanya itu, anak juga belum memahami apakah kata-kata itu pantas atau tidak pantas untuk diucapkan.
Tak menutup kemungkinan, ketika anak mengatakan kata kasar atau kotor, ia bukan bermaksud memaki, tetapi semata-mata hanya sekadar meniru.
Baca Juga: Berikan Perlindungan Alami Saat Puasa, Si Kecil Sehat dan Orangtua Pun Tenang
Mengutip dari Kompas.com, Maesera Idul Adha, Psi, Psikolog dari RS Fatmawati Jakarta mengatakan perilaku suka meniru melekat pada anak usia prasekolah.
Apa yang dilihat atau didengar di lingkungannya akan mudah ditiru anak.
Begitu ada sesuatu yang baru di lingkungan, termasuk kata kasar atau jorok, anak akan cepat mengadposinya.
Maka dari itu, orangtua tak boleh berdiam diri.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Stop Bandingkan Si Kecil dengan Anak Lain, Kepercayaan Dirinya Bisa Menurun!
Orangtua perlu meluruskan sikap atau perilaku anak agar tidak menimbulkan hal negatif lainnya.
Apalagi jika anak menganggap, mengucapkan kata kasar dan kotor adalah hal biasa saja.
Untuk mengatasi hal tersebut, Moms dan Dads dapat melakukan enam cara bijak berikut ini:
1. Awasi dan dampingi anak saat bermain
Baca Juga: #LovingNotLabelling Daripada Memarahi, Sadari Pentingnya Membiarkan Si Kecil Melakukan Kesalahan
Boleh saja menghindari lingkungan yang melazimkan pengucapan kata-kata yang tak pantas.
Namun, Moms tentu tak bisa terus menerus "mensterilkan" lingkungan anak.
Lambat laun akan ada pengaruh dari lingkungan luar yang tidak sesuai dengan nilai positif yang ditanamkan di rumah.
Sulit untuk mencegah hal ini terjadi. Maka dari itu yang bisa Moms lakukan adalah, dengan sabar dan telaten menjelaskan kepada anak bahwa kata-kata kasar dan kotor itu tidak pantas untuk diucapkan.
2. Tak perlu marah
Berusahalah bersikap wajar dan tidak memarahi anak. Jangan mendramatisasi keadaan.
Kemarahan terkadang justru membingungkan anak dan bukan menjadi cara efektif untuk mencegah anak tidak mengucapkan kembali kata kasar dan jorok tersebut.
Dalam beberapa kasus, anak yang kurang mendapat perhatian, justru akan mengulangi hal yang tidak disukai orangtua agar ia dimarahi.
Karena baginya, dimarahi orangtua adalah salah satu bentuk perhatian.
3. Jelaskan arti katanya
Moms juga bisa coba untuk bertanya pada anak apa maksudnya mengucapkan kata tersebut.
Mungkin ia tak bisa menjelaskannya.
Artinya ia memang tidak paham apa arti kata kasar dan jorok tersebut, dan belum sadar kalau kata-kata itu dapat menyakiti orang lain.
Oleh karena itu, tugas orangtua adalah menggali pemahaman anak mengenai kata tersebut dan mencari tahu alasan ia melontarkannya, lalu meluruskan perilaku yang tak pantas tersebut.
4. Bimbing dan arahkan
Jangan mudah menyerah jika anak sudah dinasihati, namun tetap mengulang kata-kata tak pantas itu.
Terus bimbing dan arahkan Si Kecil pada hal-hal yang positif.
5. Buat kesepakatan
Bila anak masih mengulangi kata kasar walaupun sudah dinasihati, buatlah kesepakatan.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Tak Perlu Marah, Buat Si Kecil Sopan dan Disiplin dengan Cara Ini
Berikan hukuman yang disepakati bersama, namun jangan memberikan hukuman fisik.
Bentuk hukuman yang disarankan bagi anak usia prasekolah adalah time-out.
Biasanya anak akan diminta duduk diam di pojok ruangan selama tiga menit atau tegaskan bahwa Moms dan Dads tidak mau berbicara dengan anak selama tiga menit.
6. Jeli mencari penyebabnya
Orangtua juga harus jeli mencari penyebab anak tak henti menggunakan kata kasar dan jorok.
Apakah tiap kali ia berucap kata kasar, lalu ditertawakan oleh orang lain di rumah?
Jika iya, ada baiknya beri pengertian kepada seluruh anggota keluarga untuk tidak memberikan respons positif bila anak melontarkan kata-kata yang kurang pantas.
Minta mereka untuk tidak menganggap lucu kata-kata itu.
Tekankan, bila anak mulai berkata kasar, jangan pedulikan, atau pura-pura tidak tahu.
Umumnya anak akan segera menghentikan kebiasaan buruknya, karena ia tahu tidak berhasil mendapat perhatian dari perilaku tersebut.
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR