Nakita.id - Fenomena prostitusi online sedang ramai menjadi perbincangan.
Bisnis esek-esek ini rupanya sudah masuk ke ranah selebritis Tanah Air.
Hal ini memang bukan fenomena baru di dunia hiburan Indonesia, namun kasusnya sering kali membuat publik tak percaya.
Mulai dari Vanessa Angel, model seksi Avriella Shaqila, hingga sejumlah finalis ajang kecantikan.
Hingga baru-baru ini Putri Pariwisata berinisial PA juga terjaring kasus yang sama di Batu, Malang.
Polisi menggerebek PA di sebuah hotel ketika finalis ajang kecantikan tersebut sedang berhubungan badan dengan pria hidung belang.
Namun, PA dipulangkan ke Jakarta setelah menjalani pemeriksaan selama 1x24 jam karena statusnya ditetapkan sebagai korban dan saksi.
Baca Juga: Yakin Gantikan Ali Syakieb, Citra Kirana Beberkan Alasan Memilih Rezky Aditya Jadi Pendamping Hidup
Dalam kasus prostitusi, memang hanya muncikari-lah yang biasanya ditetapkan sebagai tersangka dengan jerat undang-undang perdagangan manusia.
Melansir dari tayangan 'Pagi Pagi Pasti Happy' fenomena artis terlibat prostitusi online ini juga menjadi bahasan.
Seorang psikolog didatangkan untuk melihat masalah ini dari kacamata kesehatan mental artis yang terjun ke dunia binis esek-esek.
Adalah psikolog Zoya Amirin yang dimintai keterangan atas kasus prostitusi PA, yang belakangan ini ramai jadi bahasan.
Baca Juga: Tokoh Utama Dalam Program Keluarga Berencana Ada di Tangan Generasi Muda
"Sebetulnya gimana sih mbak? Terjadi lagi kasus prostitusi online di kalangan artis?" tanya Uya Kuya selaku pembawa acara.
Zoya menyoroti kalau prostitusi online adalah sebuah masalah sosial yang memiliki banyak faktor.
Menurutnya, salah satu yang menjadi penyebab maraknya prostitusi adalah karena dihapusnya lokalisasi.
Baca Juga: Tanda Janin Bergerak: Ini Usia Kehamilan Si Kecil Mulai Bergerak
"Bukan karena saya setuju sama prostitusi, tapi ini dari pengamatan psikologis dan pengamatan sosial, menurut guru besar saya, lokalisasi dihapuskan itu kayak rumah besar bagus tapi nggak punya toilet, jadi orang buang air di mana-mana," tuturnya.
Hal itu juga berimbas pada minimnya seks edukasi yang bisa diberikan karena seksolog tidak memiliki wadah untuk berbagi ilmu.
"Kalau nggak ada lokalisasi ini, terus pada online, nah online itu nggak ada yang mengamati, nggak ada pajaknya, undang-undang nggak jelas," kata Zoya.
"Bukan cuma artis aja, ini sudah gaya hidup tersier, kalau zaman dulu orang melakukan prostitusi karena dapat duitnya gampang, masuk kebutuhan primer" sambungnya.
Ia menambahkan kalau artis-artis banyak yang dituntut kebutuhan mewah karena tuntutan gaya hidup yang kemudian menjerumuskan mereka pada bisnis haram.
"Sosial media pengaruhnya (membuat iri), sosial media menyediakan sesuatu untuk kita pamer, kita makin ngiri, dan bahwa terjadinya pasar karena ada pembeli," tukasnya.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR