Nakita.id - Vaksinasi atau imunisasi telah dilaksanakan sejak berabad-abad lalu.
Pada tahun 429 sebelum masehi (SM) sejarawan Yunani kuno Thucydies mengamati bahwa orang yang selamat dari wabah cacar di Athena tidak terinfeksi penyakit itu kembali.
Konsep inilah yang membuat vaksinasi terus berkembang, yaitu untuk menghindari suatu penyakit perlu mengalaminya terlebih dahulu tapi tetap selamat.
Baca Juga: Hari Imunisasi Dunia, 12% Anak Indonesia Belum Imunisasi Lengkap!
Tahun-tahun selanjutnya, 1796, seorang dokter di Berkeley, AS Edward Jenner mulai berinovasi pada vaksin.
Jenner juga disebut sebagai penemu vaksin modern pertama.
Dia berhasil membuktikan inovasinya berhasil pada komunitas ilmiah setelah bsehasil memvaksinasi seorang anak laki-laki berusia 13 tahun dengan cacar sapi.
Dia membuktikan adanya kekebalan terhadap cacar setelah proses tersebut.
Baca Juga: Moms Punya Bayi Baru Lahir Seperti Momo Geisha? Ini Urutan Imunisasi yang Tepat
Sayangnya masih banyak orang yang tidak ingin melakukan imunisasi karena beberapa alasan.
Berikut ini 3 mitos tentang imunisasi yang masih banyak dipercaya orang sehingga menolak diimunisasi. Apa saja?
1. Vaksin flu akan menciptakan superbug
Ini adalah kekhawatiran terbesar banyak orang tentang imunisasi, terutama suntikan flu.
Ternyata, kebanyakan masih bingung dengan semua pesan seputar antibiotik dan cara kerjanya.
Baca Juga: Begini Kiat Franda agar Anak Tidak Demam Setelah Imunisasi DPT!
Alasan orang kontra terhadap vaksin pada masa tersebut karena mereka meragukan keberhasilan metode ini.
Padahal mengutip dari Today's Parent, McGeer dalm bukunya menjelaskan bahwa mendapatkan imunisasi flu adalah seperti pelatihan untuk lari jarak jauh.
Kita membiarkan sistem kekebalan tubuh berlatih, jadi ketika hal yang sebenarnya terjadi, tubuh kita akan siap menghadapinya.
Bahkan jika virus flu berevolusi, tubuh tetap akan dapat menanganinya.
2. Kita akan mendapat penyakit dari vaksin
Hal ini adalah mitos yang 100% salah.
Virus yang digunakan untuk imunisasi telah dibunuh dan dimurnikan sebelum bagian-bagiannya digunakan.
Virus yang telah dilemahkan ini tidak bisa membuat kita sakit.
Tujuan mengirim virus ke dalam tubuh adalah untuk membantu sel ketahanan tubuh kita mengenali bentuk virus yang harus dilawan, bukan malah mengirim penyakit.
Baca Juga: Waduh, Politisi Ini Menentang Imunisasi Cacar Air, Tak Lama Dirinya Malah Kena, Hukum Karma?
3. Suntikan inumisasi sering tidak mencakup jenis virus yang tepat
Anggapan ini muncul karena anggapan formula imunisasi dibuat di awal musim, sebelum dokter tahu virus mana yang akan beredar.
Padahal suntikan imunisasi dibuat agar dapat mencakup kisaran seluas mungkin.
Setiap vaksin flu misalnya, melindungi setidaknya empat jenis virus flu yang berbeda.
"Memang rata-rata, suntikan flu antara 50 dan 60 persen efektif. Tentu, itu tidak sempurna, tetapi jauh lebih baik daripada tidak sama sekali," kata McGeer.
Source | : | todays parent,kompas |
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR