Nakita.id - Menggendong si kecil mungkin tak menjadi masalah bagi Moms.
Menggendong si kecil biasanya dilakukan Moms pada saat si kecil yang sudah mampu berjalan namun belum mampunyai kemampuan melalukan hal-hal yang sulit.
Seperti melewati lantai yang licin, membantunya turun dari kendaraan, membantunya mengambil mainan yang tidak bisa ia jangkau dan lain sebagainya.
Baca juga Begini 4 Tip Menjaga Kesehatan Anak Saat Cuaca Ekstrim
Kegiatan menggendong dengan tujuan membantu aktivitas si kecil ini mumgkin tak akan menjadi masalah bagi Moms.
Namun, bagaimana jika anak terus menerus minta digendong?
Wah Moms pasti lumayan kewalahan ya, apalagi dengan bobot badannya yang tidak lagi ringan.
baca juga Moms, Segera Lakukan Ini Bila Si Kecil Alami Kejang Demam
Jika sudah seperti itu, apa sih hal yang membuat anak selalu minta digendong?
"Minta digendong itu perilaku batita yang sudah umum. Kita menyebutnya 'lingkaran keamanan', karena mereka ingin bermain dan bebas merdeka, tapi kemudian kembali karena merasa aman dan tenang dengan adanya orangtua, dan kemudian ingin bebas lagi," tutur Tanis Shanks, trainer untuk program pengasuhan di Nobody's Perfect, Saskatoon, Canada.
Sebenarnya Moms ada 2 faktor yang menyebabkan anak ingin selalu digendong.
baca juga Si Kecil Nggak Suka Sayur? Bikin Nugget Sayur Aja Yuk, Moms
Faktor yang mempengaruhinya adalah faktor fisik dan faktor psikologis.
Faktor fisik yang mempengaruhinya seperti saat si kecil kesulitan mengikuti langkah-langkah panjang orangtuanya sehingga memilih digendong saja.
Saat si kecil merasa tak nyaman karena harus mengurutkan tangannya ke atas untuk digandeng.
baca juga Ternyata, Kejang Demam Pada Anak Bisa Dicegah, Begini Caranya!
Atau, karena ia ingin bisa melihat sesuatu lebih jelas!
Sedangkan faktor psikologisnya seperti saat mereka sedang melalui suatu perubahan, misalnya menghadapi kelahiran adik, pindah dari boks bayi ke tempat tidur besar, atau baru mengikuti kelas nursery, mereka menginginkan kehangatan dan rasa tenteram.
Kadang-kadang, mereka kelelahan, dan sekadar ingin dipeluk.
Baca juga Baru Saja Melahirkan, Ternyata Dulu Titi Kamal Pernah Dicibir, ‘Nggak Bisa Punya Anak
Setelah mengetahui alasannya, sekarang Moms perlu mengetahui trik agar anak tidak selalu minta digendong.
1. Membungkuklah, atau jongkok, supaya Mama berada satu level dengan si kecil.
Mungkin ia hanya lelah harus mendongak saat berbicara pada Mama.
2. Jika anak menggelayut pada kaki Mama, dengan perlahan buatlah jarak antara Mama dengannya.
Baca Juga 5 Tips Aman Berkendara Motor Dengan Si Kecil. Nomor 4 Penting Banget!
3. Tatap mata si kecil, dan dengan tenang minta padanya untuk berhenti menangis. Kemudian lanjutkan dengan apa yang tadi Mama kerjakan.
4. Jika ia terus menangis, jelaskan bahwa Mama tidak bisa mendengar apa yang dikatakannya.
Ini memang bagian yang sulit, apalagi jika anak menangis karena ingin digendong dan dipeluk.
Baca juga Berisiko, Ini Alasan Medis Dilarang Bercinta saat Moms Menstruasi
Dengan lembut tekankan bahwa Mama masih ada menemaninya jika ia lelah, meskipun tidak menggendongnya.
5. Begitu anak sudah tenang, berikan pujian dan pelukan karena ia bersikap baik.
Namun, jangan menggendongnya.
6. Alihkan perhatiannya dengan menunjukkan sesuatu yang lucu atau menarik.
Atau, ceritakan sesuatu yang seru.
Baca juga Catat! Ini 3 Aturan yang Wajib Moms Tahu Saat Bepergian Bersama Anak
7. Mama juga bisa membuat permainan.
Misalnya, si kecil minta digendong saat menuju tempat parkir di mal.
Ajaklah ia balapan bersama Papa, siapa yang sampai mobil lebih dulu.
Atau, berdua Papa gandeng tangannya supaya ia bisa berayun-ayun sambil berjalan.
Baca juga Cara Unik Kim Kardashian Membujuk Si Kecil Berangkat Sekolah
8. Jika Mama sedang memasak dan si kecil ingin digendong, dudukkan dia di kursi yang agak tinggi di dekat meja.
Berikan sesuatu untuk dimainkan di meja.
Dengan demikian, ia berada pada level yang sama dengan Mama.
(Nia Larasati/Nakita.id)
Rayakan Ultah ke-10, Beautyhaul Berikan Diskon Hingga 90% dari Puluhan Brand Kecantikan di Beautyhaul Mart 2024
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Nia Lara Sari |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR