Nakita.id - Ketika Moms atau keluarga sakit, salah satu obat yang diberikan oleh dokter adalah antibiotik.
Namun, apakah Moms tahu bahwa antibiotik ternyata tidak bisa diberikan untuk sembarangan penyakit?
Nyatanya pemberian antibiotik secara sembarangan akan memberikan dampak yang buruk untuk kesehatan.
Antimicrobial Resistance atau Resistensi Antimikroba (AMR) merupakan salah satu dampak yang bisa terjadi, ketika penggunaan antibiotik tidak sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya.
Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional 2013, sekitar 86 persen antibiotik di Indonesia disimpan tanpa resep dokter.
“AMR ini bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Semua orang bisa terkena bakteri resisten ini, jika resisten antimikroba ini dibiarkan, maka bisa menjadi superbug. Superbug itu kondisi di mana bakteri yang sudah multiresisten terhadap berbagai antibiotik,” jelas Dr. dr. Hari Paraton, Sp.OG, selaku Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikrobial (KPRA) saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (19/12/19).
Menurut dr. Hari, resistensi antimikroba ini umumnya terjadi karena masyarakat itu sendiri.
Penggunaan antibiotik tidak terkendali, apalagi di komunitas dan masyarakat juga banyak yang masih membeli antibiotik sesukanya.
"Penggunaan antibiotik hanya bisa diberikan jika tubuh terkena infeksi bakteri," tambahnya.
Antibiotik sebenarnya hanya boleh diberikan jika terjadi infeksi oleh bakteri.
Jika terkena infeksi oleh bakteri harus diberikan antibiotik, tetapi jika terkena infeksi karena virus tidak perlu menggunakan antibiotik.
Baca Juga: Tahun Depan Nikah, Boy William Baru Tahu Kalau Calon Mertuanya Sempat Tak Yakin, Ada Apa?
“Penyakit yang disebabkan oleh virus, misalnya saja demam berdarah itu tidak memerlukan antibiotik karena percuma, tidak akan menyembuhkan,” ujar dr. Hari.
Menurut dr. Hari, resitensi antibiotik bisa sangat berbahaya, karena bisa menyebabkan kematian.
Penggunaan antibiotik yang tidak terkendali juga berbahaya bagi ibu hamil Moms.
Karena mengkonsumsi antibiotik tidak sesuai dengan anjuran dan jenis penyakitnya bisa memengaruhi perkembangan janin.
Bahkan beberapa antibiotik bisa memengaruhi tulang pada janin, sehingga pada saat lahir bayi menjadi pendek.
“Pada trimester pertama, umumnya semua jenis antibiotik tidak disarankan untuk dikonsumsi. Pada trimester pertama, janin masih dalam masa pembentukan.
Setelah melewati masa tersebut, beberapa antibiotik mungkin diperbolehkan tetapi sebaiknya harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter kandungan,” jelas dr. Hari.
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR