Nakita.id – #FamilyQuality penting untuk Moms dan Dads lakukan di sela-sela kesibukan.
Terlebih lagi, jika Moms dan Dads sama-sama bekerja.
Tak melulu dengan mengeluarkan biaya yang mahal, #FamilyQuality juga bisa dilakukan di rumah dengan hal-hal yang sederhana lo, Moms.
Salah satunya dengan memasak bersama untuk anak.
Menurut Fabiola P. Setiawan, Psikolog Anak dari Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya Jakarta, memasak bersama untuk anak memiliki banyak manfaat.
Mulai dari meningkatkan kehangatan keluarga hingga menghadirkan cinta untuk anak.
Tak berhenti sampai di situ, memasak untuk anak juga bisa menjadi cara agar Si Kecil terbiasa dengan pola makan yang sehat.
Sebab, ketika anak dibiasakan makan makanan rumahan yang lebih sehat, ia tidak akan ragu mengonsumsi jenis makanan yang cenderung dihindari anak, seperti sayuran dan buah-buahan.
Hal itu tentu menjadi penting dilakukan sejak dini, terutama di 1000 hari pertama kehidupan anak.
Pasalnya, 1000 hari pertama kehidupan merupakan periode emas bagi tumbuh kembang seorang anak.
Jika selama 1000 hari tersebut, anak tak mendapat nutrisi yang baik, Moms pun perlu waspada dengan sejumlah dampak buruk yang bisa ditimbulkan.
Mulai dari kurang gizi, lambat berkembang, mudah sakit, kurang cerdas, saat dewasa mengalami kegemukan hingga berisiko besar mengalami penyakit tidak menular.
Melihat banyaknya dampak buruk yang ditimbulkan, Moms tentu tidak ingin Si Kecil mengalaminya bukan?
Oleh karena itu, ada baiknya Moms mulai memperhatikan nutrisi dan asupan gizi untuk Si Kecil dari sekarang.
Salah satu asupan yang penting dipersiapkan untuk Si Kecil adalah Makanan Pendamping ASI (MPASI).
Baca Juga: Kerap Dilakukan, Ternyata Mencuci Daging Ayam Mentah Berbahaya dan Simpan Risiko Ini
MPASI biasanya diberikan ketika anak telah memasuki usia enam bulan, karena kebutuhan gizinya semakin meningkat dan tidak bisa dicukupi sepenuhnya oleh ASI.
Selain itu, umumnya bayi usia enam bulan juga memiliki sistem pencernaan yang telah siap dan refleks mengunyah, sehingga dianggap mampu mengonsumi makanan selain ASI.
Pemberian MPASI pun dilakukan secara bertahap, mulai dari makanan bertekstur lunak (bubur susu, lalu bubur saring), lembek (bubur biasa, lalu nasi tim), hingga makanan padat (nasi biasa), sesuai dengan tingkatan usia bayi.
Baca Juga: Meski Praktis untuk Disajikan di Pagi Hari, Apakah Sereal Termasuk Menu Sarapan Sehat?
Tak perlu bingung Moms saat membuat bubur bayi.
Moms bisa mulai dengan mengolah makanan pokok, seperti nasi, jagung, ubi, labu, kentang, pisang, maupun kentang.
Saat bayi telah berusia 9-12 bulan, Moms mulai dapat memberikan makanan padat yang tinggi karbohidrat, protein, dan lemak dalam porsi kecil.
Misalnya dengan membuat makanan pokok yang dikombinasi dengan protein hewani seperti ikan, telur, hari, daging atau protein nabati, seperti tempe, tahu, kacang-kacangan, serta sayuran, seperti labu siam, wortel, bayam, tomat.
Apabila Moms kehabisan ide untuk membuat MPASI homemade, tak ada salahnya juga memberikan Si Kecil MPASI instan.
Sebab, selain lebih praktis, MPASI instan juga ternyata telah mengandung zat besi lo, Moms.
Baca Juga: Tak Hanya Cegah Kanker, Rutin Makan Stroberi Juga Bisa Turunkan Risiko Stroke hingga Diabetes
Tak perlu khawatir dengan kandungan MSG dalam MPASI instan, Moms.
Karena menurut Meta Herdiana Hanindita, Dokter Spesialis Anak, WHO telah menerapkan standar baku tentang makanan bayi yang dilarang menggunakan MSG.
Dengan demikian, MPASI instan yang telah diizinkan edar oleh BPPOM pun telah lolos tahap pengontrolan kualitas sesuai kriteria Codex WHO.
Baca Juga: Waspada, Hipertensi Bisa Jadi Penyebab Utama Kematian Pada Ibu Hamil
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Nakita_ID |
KOMENTAR