Nakita.id - Perempuan merupakan kunci yang berperan penting dalam mengembangkan sumber daya manusia dimulai dirinya sendiri, keluarga, komunitas, hingga masyarakat.
Ingat kaum perempuan, pasti ingat dengan perjuangan RA Kartini.
Di tangan sosok inilah, kaum perempuan Indonesia bisa bangkit.
Setiap tanggal 21 April, masyarakat Indonesia selalu memperingati semangat RA Kartini.
Semangat ini tak lepas dari dunia pendidikan yang dinikmati Kartini semasa kecil.
RA Kartini awalnya bersekolah di ELS (Europese Lagere School).
BACA JUGA: Kisah Pilu Anak Kartini, Usia Baru 4 Hari Ibunya Meninggal Dunia
Di sekolah ini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda.
Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena harus dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda.
Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya.
BACA JUGA: Lakukan 5 Cara Sederhana Ini, Nyeri di Area Kaki, Lutut dan Pinggul Lenyap Sekejap!
Dari buku-buku, koran, dan majalan Eropa, Kartini tertarik pada kermajuan berpikir perempuan Eropa.
Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Perjuangan RA Karitni yang kita kenal sebagai tokoh emansipasi wanita.
Di era modern kita harus terus menghidupkan semangat emansipasi wanita, salah satunya kita dapat belajar dari seorang tokoh perempuan muda yang bernama Malala Yousafzai.
Malala Yousafzai adalah seorang perempuan asal Pakistan yang ditembak oleh tentara Taliban namun tak gentar menyuarakan hak-hak perempuan, terutama pendidikan.
Mulai tahun 2009, sejak usianya masih 11 tahun, ia mulai aktif berbicara di publik dan juga menulis untuk BBC (menggunakon nama samaran) mengenai mengerikannya hidup di bawah pemerintahan Taliban, dan bagaimana mereka merampas hak pendidikannya.
Pada tahun 2012, Malala ditembak dan leher dalam upaya pembunuhan oleh kelompok bersenjata Taliban, ketika sedang berada di bus sepulang sekolah.
BACA JUGA: [VIDEO] Nggak Usah Beli! Ini Cara Membuat Chicken Karage Sendiri di Rumah
Untungnya, Malala berhasil melalui operasi dan perawatan intensif.
Pada usianya ke-16, Mol berpidato di depan Mojelis Kaum Muda di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat.
Pidatonya memuat tiga isu penting, yaitu hak perempuan, perlawanan terhadap terorisme dan kebodohan.
PBB akhirnya memperingati tersebut sebagai hari Malala.
Kisah mengenai Malala ini kemudian didiskusikan kembali dalam acara diskusi bertajuk "Raise our Voice: Empowering Women through All Areas", di Kinokuniya, Plaza Senayan (21/4).
Mengangkat sebuah buku yang juga telah menginspirasi banyak orang dl dunia yaitu buku "I am Malala".
Dalam kesempatan ini juga Uke Kasasih, Founder dari Circa Homemade menyampaikan, "Ada banyak sekali hal yang dapat dilakukan, asal kita semua mau dan berani menyuarakan isu, dan menghadapinya bersama-sama."
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Nia Lara Sari |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR