"Dreamgirls menggambarkan perjuangan para tokoh untuk mencapai mimpi mereka di tengah industri musik yang masih sarat dengan unsur patriarki dan diskriminasi," ujar Hans De Waal selaku sutradara pertunjukan 'Dreamgirls'.
Melalui kisah ini menurut Hans akan dibagikan kisah inspiratif Effie, Deena, dan Lorell yang berjuang meraih cita-cita dengan melawan pengharapan patriarkis mengenai peran, sifat, hingga penampilan seorang perempua.
Tak sekedar pertunjukan, tapi Hans bersama Jakarta Performing Arts Community (JPAC) membuat Dreamgirls sebagai sebuah pembangkit semangat untuk melawan segala bentuk kekerasan dan diskriminasi wanita di Indonesia.
Selain itu, Tunggal Pawestri selaku aktivis feminis Indonesia menambahkan jika dari kisah drama musikal ini bisa menjadi refleksi dari apa yang terjadi saat ini di masyarkat, yaitu betapa perempuan sangat gelisah menghadapi isu kekerasan yang sering sekali terjadi.
BACA JUGA : 4 Hal ini yang Bedakan Orang Kaya dan Kelas Menengah, Moms Perlu Tahu!
"Nah apa yang terjadi sekarang itu sudah lebih baik dibanding yang dahulu, karena sekarang sudah ada peraturan dan kebijakan yang lebih melindungi perempuan," ujar Tunggal.
Diakui Tunggal 50 tahun lalu, anak muda perempuan kulit hitam mereka berupaya menembus industri yang begitu didominasi pria dan kulit putih.
"Nah ini yang tentu saja kita bisa membayangka bahwa mereka bekerja keras membuktikan untuk sukses," pungkasnya.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Finna Prima Handayani |
Editor | : | Kusmiyati |
KOMENTAR