Adopsi embrio (atau sumbangan) adalah pilihan yang kurang dikenal bagi orang-orang yang tidak dapat hamil, namun mampu mejadikan wanita dapat menjalani kehamilan dan persalinan.
Seringkali, ketika pasangan atau individu menjalani proses IVF, mereka menciptakan lebih banyak embrio daripada yang mereka butuhkan atau ingin ditanamkan.
BACA JUGA: Ini Lho Moms Cara Mudah untuk Bangun di Pagi Hari Menurut Para Ahli
Mereka kemudian dihadapkan pada keputusan apa yang harus dilakukan dengan sisa embrio.
Pilihan mereka termasuk membekukannya tanpa batas waktu (dan membayar untuk ruang penyimpanan), menyediakannya untuk penelitian medis, menghancurkannya atau menyumbangkannya ke organisasi yang memfasilitasi adopsi embrio.
Mengingat bahwa IVF telah digunakan dalam praktik klinis reguler sejak tahun 1978, ini berarti ada kemungkinan embrio di luar sana yang telah membeku sejak saat itu dan, secara hipotetis, dapat ditanamkan dan menjadi sebuah kehamilan bagi seseorang.
Beberapa merujuk pada embrio ini sebagai "snowbabies" mengingat bahwa mereka tetap membeku untuk waktu yang lama.
Berkat kelahiran Emma di Tennessee bulan lalu, kita tahu bahwa menghabiskan hingga 24 tahun menjadi embrio beku tidak selalu berdampak negatif pada kualitas embrio.
Hal tersebut dapat menjadi solusi bagi wanita yang kesulitan untuk hamik dengan mengadopsi embrio sebagai pilihan.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | sheknows |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR