Untuk beberapa anak, konsultasi dengan dokter tidur dapat membantu.
Terkadang, psikolog tidur akan membantu membimbing anak insomnia dengan terapi perilaku kognitif.
2. Sindrom fase tidur tertunda
Delayed Sleep Phase Syndrome (DSPS) atau sindrom fase tidur tertunda bisa menjadi masalah mengkhawatirkan pada remaja.
Pasalnya, ketika mereka mengalami sindrom fase tidur tertunda, maka ritme sirkadian otomatis terganggu, jam biologis mereka membuat mereka cenderung seperti “burung hantu” (terlambat tidur dan terlambat bangun).
Seringkali gangguan tidur ini keliru dianggap sebagai insomnia pada awalnya, tetapi memang dapat menyebabkan insomnia jika menjadi kronis.
Berikut tips untuk orangtua:
Baca Juga: Tanda Seseorang Memiliki Penyakit Mental yang Sering Diabaikan, Susah Tidur Salah Satunya!
- Ajarkan kepada anak remaja kebiasaan tidur yang baik.
- Pastikan mereka menghindari kafein.
- Batasi waktu tidur di siang hari.
- Batasi penggunaan elektronik di malam hari, terutama penggunaan cahaya.
- Paparan cahaya di malam hari harus dihindari, karena dapat menunda jam biologis. Sebaliknya, cahaya di pagi hari sangat penting untuk membantu mengatur jam bangun dan membantu menjaga ritme biologis tetap terjaga.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR