Nakita.id - Memasak nasi sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia tiap harinya.
Bagaimana tidak, makanan pokok masyarakat Indonesia ialah nasi.
Bahkan tak jarang masyarakat yang merasak belum makan apabila belum menyantap nasi.
Namun, memasak nasi yang salah ternyata dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan.
Pasalnya memasak nasi bukanlah hanya pulen, tetapi juga tetap perlu memerhatikan kandungan gizinya.
Tahu tidak? Mengutip dari Nova.id, cara Moms memasak nasi selama ini ternyata salah.
Penelitan tersebut menyebutkan memasak nasi seperti biasa dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi kesehatan.
Proses memasak nasi dapat meninggalkan jejak arsenik di nasi yang hendak disantap.
Jejak arsenik tersebut disebabkan oleh racun industri dan residu pestisida yang tertinggal di tanah.
Dalam program BBC Trust Me, I'm a Doctor, Profesor Andy Meharg, dari Universitas Queens Belfast, melakukan tes terhadap tiga cara memasak beras untuk melihat tingkat arsenik yang paling banyak.
Baca Juga: Benarkah Makan Nasi Sisa Kemarin Berbahaya Bagi Kesehatan?
Dalam percobaan pertama, Andy memasak beras dengan perbandingan satu gelas beras dan dua gelas air.
Ternyata cara ini justru menemukan bahwa jejak racun arsenik masih tertinggal di nasi tersebut.
Tes kedua, Andy menggunakan lima gelas air untuk satu gelas beras.
Dengan cara ini nasi memang menjadi lebih lembek seperti bubr, tapi tingkat racun arsenik di dalamnya hampir setengahnya.
Baca Juga: Nasi Liwet Khas Jogja Bisa Dibuat Hanya dalam 45 Menit, Menu Praktis untuk Buka Puasa!
Yang terakhir, Andy merendam beras semalaman sebelum dimasak.
Andy menemukan bahwa cara ini bisa menurunkan racun arsenik hingga 80%.
Baca Juga: Gila Makan Saat Lebaran, Antara Lontong, Ketupat, dan Nasi, Ternyata Ini yang Lebih Aman Dimakan
Dengan begitu mulailah untuk merendam beras semalaman terlebih dahulu sebelum memasaknya.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | nova.id |
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR