"Pelapisan tembaga bisa dilakukan dengan disisipi diantara kain masker, atau menutupi permukaan depan masker kain dengan lapisan tembaga," kata dia.
Deni menjelaskan, timnya melakukan penelitian pada masker kain yang ada di pasaran dan hasilnya, masker kain biasa memiliki pori-pori berdiameter 100 mikron.
Ketika dilapisi oleh tembaga, pori-pori tersebut menjadi lebih kecil, meski tetap dipastikan bahwa ada ruang untuk sirkulasi udara. Uji coba secara fisik juga dilakukan tim dengan mencuci masker pada suhu ekstrem 80-100 derajat celsius dan mendinginkannya.
Hasilnya, kondisi air tetap jernih dan tingkat keasaman (pH) tetap normal di angka 7. "Artinya memang tidak mudah rontok (lapisan tembaganya)," ungkap dia.
Perlu diuji lebih lanjut
Meski demikian, terkait efektivitas lapisan tembaga merusak virus corona masih akan dilakukan penelitian lebih lanjut oleh pihak LIPI dengan melibatkan fasilitas biosafety level (BSL) 3.
Tahap ini akan dilakukan dalam waktu dekat. "Setelah mendapat assessment dari BSL 3 baru kami berani launching produknya," katanya.
Ia mengatakan, inovasi masker ini juga memiliki keunggulan lainnya yakni terbuat dari material yang aman, baik pada bahan kain maupun lapisan tembaganya.
Lalu, metode pembuatannya sederhana sehingga bisa diproduksi lokal pada skala rumah tangga atau industri.
Selain itu, masker ini juga ramah lingkungan karena dapat digunakan berkali-kali.
"Sekaligus tidak akan menggangu suplai masker medis yang saat ini sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan," ujar Deni.
Artikel ini telah tayang di GridHITS.id dengan judul "Angin Segar dari LIPI, Mereka Kembangkan Masker Kain Lapis Tembaga Punya Potensi Lawan Covid-19"
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | GridHITS |
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR