Coba Lebih Sering Ambil Cuti, Buktikan Sendiri Kalau Faktanya Panjang Umur Enggak Perlu Capek-capek Olahraga
Nakita.id - Tak sedikit orang yang berharap bisa panjang umur.
Selama ini lekat jika ingin panjang umur harus diimbangi dengan pola hidup sehat.
Selain pola hidup sehat, kontrol emosi pun sangat berperan untuk mewujudkan harapan panjang umur.
Namun, ternyata pola hidup sehat saja tidaklah cukup, Moms.
Baca Juga: Inilah Daftar Makanan Ratu Elizabeth II yang Bikin Panjang Umur, Dijamin Moms Bisa Konsumsi
Ya, tubuh memang sepantasnya mendapat waktu untuk jeda dari rutinitas sehari-hari.
Sebuah riset mengungkap seseorang bisa hidup lebih lama apabila mengambil cuti.
Kenapa bisa ya?
Baca Juga: Ternyata Tipe Pasangan Seperti Ini Buat Moms Panjang Umur, Moms Salah Satunya?
Melansir dari Kompas.com, riset tersebut dilakukan selama kurang lebih 40 tahun.
Tak main-main, dilaporkan bahwa hasilnya pekerja yang mengambil cuti kurang dari tiga minggu setiap tahun berisiko tinggi mengalami kematian dini.'
Hasil tersebut faktanya mengungkap ada gap antara pekerja yang mengambil cuti lebih banyak.
Baca Juga: Pantas Kebanyakan Orang Jepang Panjang Umur, Ternyata Kuncinya Ada di Menu-menu Makanan Ini
Peneliti menyebut kalau hidup sehat dan teratur tidak bisa menggantikan manfaat istirahat.
Istirahat di sini perannya sangat penting guna menghilangkan stres dan membuat harapan hidup untuk lebih panjang bisa terwujud.
"Gaya hidup sehat tidak bisa mengatasi efek kerja terlalu keras dan tidak bisa menggantikan manfaat liburan," jelas Profesor Timo Strandberg dari University of Helsinki di Finlandia.
Stranberg berujar bahwa liburan lebih membawa dampak baik untuk menghilangkan stres.
Dilansir Kompas.com dari The Independent menjelaskan proses riset yang dilakukan selama kurang lebih 40 tahun itu.
Riset tersebut dimulai pada tahun 1970an dengan melibatkan subyek peneliti 1.222 pria paruh baya yang lahir antara tahun 1919 hingga 1934.
Semua peserta memiliki risiko yang sama terhadap penyakit jantung dengan sebab yang beragam.
Mulai dari tekanan darah tinggi, merokok, atau obesitas.
Separuh peserta diberikan instruksi untuk menerapkan pola hidup sehat, baik olahraga, mengubah kebiasaan buruk, hingga mengatur makan yang seimbang.
Sisa peserta lainnya diberikan instruksi apapun.
Hasil riset lantas dipresentasikan di Konferensi European Society of Cardiology dengan hasil yang bikin syok.
Peserta yang diberi instruksi melakukan pola hidup sehat malah berpeluang mengalami kematian dini lebih besar.
Peneliti mengatakan bahwa instruksi yang diberikan bisa saja menambah tekanan ekstra pada peserta.
Sama halnya dengan orang yang mengambil cuti kurang dari tingga minggu dalam setahun, peserta yang diinstruksikan mengubah pola hidup sehat memiliki risiko 37 persen mengalami kematian dini.
"Risiko kematian dini yang disebabkan oleh gaya hidup yang intensif terkonsentrasi pada laki-laki dengan waktu liburan lebih pendek setiap tahunnya," jelas Strandberg.
Baca Juga: Contek 5 Kebiasaan Orang Jepang yang Jadi Kunci Sukses Meraih Kesehatan dan Panjang Umur Ini
"Gaya hidup yang penuh tekanan mungkin telah mengesampingkan setiap manfaat dari intervensi," sambungnya.
Dijelaskan pula, tuntutan untuk melakukan pola hidup sehat ternyata juga memengaruhi kondisi mental seseorang.
Dengan begitu malah menjadikan tekanan atau beban bagi orang tersebut.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Kompas.com,The Independent |
Penulis | : | Yosa Shinta Dewi |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR