Tabloid-Nakita.com - Toilet training boleh dibilang menjadi tantangan baru untuk melatih anak belajar pipis dan BAB di tempat yang seharusnya. Tantangan ini bukan saja bagi anak, tetapi juga orangtua. Pipis dan BAB sendiri di toilet membutuhkan serangkaian tugas yang lebih kompleks ketimbang makan atau memakai baju sendiri. Dari mengenali dorongan untuk pup, hingga melepas celana dan duduk di atas toilet. Bagi orangtua, hal ini akan melatih kesabaran karena toilet training tidak bisa berlangsung dengan cepat.
Pada dasarnya, toilet training terjadi ketika Mama mengenali sinyal anak yang kebelet pipis atau pup. Sinyal ini seringkali sudah terlihat jauh sebelum anak tahu apa yang sedang terjadi dengan dirinya.
Baca: Langkah Mudah Ajari Anak Toilet Learning
Tanda anak ingin pipis atau BAB itu antara lain:
* wajah memerah dengan ekspresi gelisah
* menyilangkan kakinya bergantian
* memegang selangkangannya (pada anak laki-laki)
* menggerak-gerakkan badannya di satu tempat
* membungkuk sambil bertumpu pada kedua lututnya (anak perempuan)
Psikolog Dr. Linda Sonna, memberikan petunjuk lain bagi Mama untuk membantu anak mengenali keinginan untuk BAB, misalnya bau tak sedap. "Anak akan sering kentut sebelum BAB," kata penulis buku The Everything Potty Training Book ini. “Inilah kesempatan bagi orangtua untuk memberitahu bahwa bau (kentut) itu tanda anak harus ke toilet. Anak pun terbantu untuk menghubungkan tanda tersebut."
Baca: Mengajarkan Toilet Training untuk Anak Perempuan
Jika sudah bisa mengenali kapan si kecil ingin pipis dan pup, Mama bisa mengubah sinyal-sinyal tersebut menjadi momen pembelajaran bagi si kecil. Anak jadi tahu apa yang sedang terjadi dengan dirinya, dan bersiap untuk mulai toilet training. Ini yang dapat Mama ajarkan agar si kecil mengenali dorongan untuk pup:
1. Anak cenderung meniru apa yang dilakukan orangtua. Jadi ketika Mama merasa ingin buang air kecil atau buang air besar, beritahu anak apa yang sedang terjadi. Hal ini akan membantu mereka memahami bagaimana orang dewasa memutuskan kapan mereka harus ke toilet, demikian saran Valre Welch, praktisi keperawatan anak di Children’s Urology of Virginia.
Baca juga: Trik Mengajarkan Anak Pipis Sendiri
2. Katakan kapan anak mungkin akan merasakan keinginan untuk pipis, misalnya setelah banyak minum air putih atau makan buah-buahan yang banyak mengandung air seperti semangka.
3. Sampaikan dengan bahasa yang mereka pahami, atau kata-kata yang lebih mudah diucapkan oleh anak. "Pipis" atau "pup" tentunya lebih mudah diucapkan daripada "BAB". Gunanya agar mereka dapat berkomunikasi dengan Mama lebih mudah. Welch menambahkan bahwa potty training bukan sekadar mengetahui kapan mereka harus ke toilet. Komponen lainnya meliputi bahasa, kemampuan, dan motivasi.
Baca: 6 Penyebab Anak Gagal Toilet Traning
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
KOMENTAR