Nakita.id - Banyak yang menyebuutkan bahwa menyusui secara langsung bisa membuat ASI lebih banyak dibandingkan dengan diperah.
Hal itu karena dipercaya dengan memerah, produksi ASI akan menurun.
Alhasil produksi ASI terus menurun hingga akhirnya berhenti karena sering diperah.
Mendengar hal itu seorang konselor ASI dr. Sarah Audia Hasna memberikan penjelasannya.
dr. Sarah membenarkan bahwa menyusui secara langsung dari payudara akan membuat ASI lebih banyak dibandingkan dengan diperah.
Tapi hal itu tidak semata-mata karena perbedaan cara menyusuinya.
Baca Juga: Bukan Cuma Daun Katuk, Sederet Makanan Pengental ASI Ini Dijamin Nikmat dan Tidak Membosankan!
Melainkan dari ikatan antara Moms dan Si Kecil ketika menyusui.
"Kalau direct breastfeeding itu bondingnya lebih kuat daripada kalau si ibunya exclusive pumping," ujar dr. Sarah.
Exclusive pumping sendiri merupakan cara menyusui bagi Moms yang selalu memerah ASInya akibat suatu kondisi.
Menurut dr. Sarah dengan menyusui langsung dari payudara ikatan Moms dan Si Kecil bisa meningkat karena adanya kontak kulit hingga mata.
Kontak kulit dan mata ini tidak bisa disepelekan karena hal itu masuk dalam afirmasi positif dan bisa meningkatkan hormon menyusui.
Hormon menyusui ini disebut dengan hormon oksitosin.
Hormon ini akan meningkat karena adanya hal-hal positif selama menyusui.
"Bisa dibilang ibu pasti kan merasakan sensasi yg beda ketika menatap bayi liat-liatan itu biasanya oksitosinnya naik tuh," ujar dr. Sarah.
Ingin tahu tanda hormon oksitosin sedang meningkat?
Coba Moms ingat-ingat apakah pernah ketika menyusi tiba-tiba ASI mendadak deras?
Nah kondisi ASI yang tiba-tiba lancar menjadi tanda bahwa hormon oksitosin tengah meningkat.
Nah peningkatan hormon oksitosin ini cukup sulit bagi Moms yang memerah ASInya.
Pasalnya Moms perlu lebih meluangkan waktu bersama anak untuk membangun ikatan dengannya agar hormon ositosin tersebut meningkat.
"Bonding ibu perah agak lebih struggle," ujar dr. Sarah.
Pasalnya Moms perlu lebih meluangkan waktu bersama anak untuk membangun ikatan dengannya agar hormon ositosin tersebut meningkat.
"Jadi dia diluar masa menyusui harus tingkatkan bonding dengan anaknya," ujar dokter yang praktik di Brawijaya Clinic Kemang.
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR