Nakita.id - Sudah akhir tahun, pandemi covid-19 belum juga berakhir.
Meski begitu, pemerintah membawa angin segar menyebutkan bahwa Indonesia akan menyediakan vaksin untuk masyarakat.
Lalu apakah vaksin menjadi senjata pamungkas dan tanda bahwa pandemi akan segera berakhir?
Dunia berubah sejak pertama kali diumumkan virus misterius yang menginfeksi warga Wuhan, China pada 31 Desember 2019.
Akhirnya diketahui itu adalah virus corona baru SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyait baru, Covid-19.
Dua bulan setelah itu, tepatnya 2 Maret 2020, Indonesia mengumumkan kasus pertama Covid-19. Sejak saat itu, pola hidup kita berubah.
Karena virus dan penyakit ini baru, dunia belum memiliki vaksin untuk mencegah penularannya.
Hingga saat ini, ada lebih dari 100 kandidat vaksin yang sedang dikembangkan para ilmuwan di seluruh dunia. 36 vaksin dalam uji klinis ke manusia dan sekitar 90 kandidat lain memasuki uji praklinis atau diberikan kepada hewan.
Baca Juga: Epidemiolog Ungkap Salah Satu Jalan Keberhasilan Menyambut Pandemi Covid-19 Berakhir, Ini Kuncinya
Indonesia, melalui Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman pun tengah mengembangkan vaksin yang dinamai vaksin merah putih.
Dari seluruh kandidat vaksin yang ada, ditargetkan pada pertengahan 2021 nanti kita sudah menemukan vaksin Covid-19 yang aman dan efektif meningkatkan respons kekebalan tubuh.
Namun yang menjadi pertanyaan, jika nanti vaksin tersedia dan sudah dibagikan ke semua orang, apakah otomatis pandemi berakhir dan kita bisa menjalani hari seperti sebelum pandemi?
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof Amin Soebandrio memberi pandangan terkait pertanyaan ini.
Amin mengakui, semua orang berharap vaksin Covid-19 segera ditemukan agar kita dapat kembali ke kehidupan sebelum pandemi.
Namun Amin mengingatkan, meski vaksin ditemukan dan akhirnya dipasarkan, semua orang tidak boleh meninggalkan protokol kesehatan yang diterapkan selama pandemi ini.
"Jadi misalnya awal tahun depan vaksin sudah tersedia, bukan berarti hari itu juga pandemi selesai," jelas Amin dalam acara digital media briefing Dukungan untuk Percepatan Penelitian Vaksin Covid-19 yang diadakan Kamis (3/9/2020).
Amin berkata, vaksin membantu penyebaran Covid-19 dapat dikendalikan. Namun perlu diingat, virus corona SARS-CoV-2 penyebab penyakitnya akan selalu ada di sekitar kita.
"Kita tidak tahu virus ada di mana. Yang kita harapkan, saat semakin banyak manusia yang kebal maka virus (corona SARS-CoV-2) itu semakin lama akan berkurang," imbuh dia.
Namun hingga virus corona benar-benar hilang dari muka Bumi dan tidak menginfeksi manusia lagi, itu butuh waktu panjang.
"Virus cacar misalnya, dibutuhkan waktu sekitar 200 tahun sampai dunia dinyatakan bebas cacar, sejak vaksin pertama ditemukan oleh dokter (Edward) Jenner," kata Amin.
Jauh sebelum berhadapan dengan Covid-19, penyakit cacar telah membunuh jutaan orang sebelum vaksinnya ditemukan.
Diberitakan Kompas.id edisi 9 Mei 2020 dalam artikel berjudul, 40 Tahun Manusia Menang atas Pendemi Cacar, disebutkan hingga abad ke-20 atau sampai 60 tahun lalu, penyakit cacar telah menewaskan sedikitnya 300 juta penduduk bumi.
Untuk kasus pandemi saat ini, Amin berkata kemungkinan besar kita tidak perlu menunggu sampai 200 tahun hingga bebas dari Covid-19.
"Karena dengan teknologi yang lebih maju, diharapkan kita tidak perlu menunggu sampai 200 tahun," katanya.
Dia mengingatkan, meski vaksin ditemukan, ingat pesan ibu agar protokol kesehatan 3M tetap harus dijalankan, yakni:
Mencuci tangan dengan sabun setidaknya 20 detik
Menjaga jarak dengan orang lain
Memakai masker
#NakitaCovid-19
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jika Vaksin Ditemukan, Mungkinkah Pandemi Segera Berakhir?"
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR