Nakita.id - Ada alat kontrasepsi baru yang ditanam di bawah kulit berupa susuk atau disebut KB implan. Alat kontrasepsi ini dinamakan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK).
Bentuk susuk KB ini seperti sisir, terdiri atas 6 buah gerigi yang mirip dengan bentuk batang korek api.
Susuk KB berisi hormon progesteron berbentuk granula-granula yang dapat diserap tubuh sedikit demi sedikit.
BACA JUGA Pasta Gigi Tak Hanya Untuk Bersihkan Gigi. Ampuh Juga Untuk Hal Ini
Hormon progesteron ini berfungsi mencegah indung telur melepaskan sel telur dan juga menebalkan mukus di rahim, sehingga sperma sulit untuk melewatinya.
Hormon ini sekaligus menjaga dinding rahim tetap tipis sehingga sulit bagi sel telur yang terbuahi menempel di dinding rahim.
Tingkat keberhasilan susuk KB dinilai lebih mujarab dibanding alat kontrasepsi lain, sebesar 99% dengan satu kali kasus kegagalan.
BACA JUGA Waspada, Moms Hamil Rawan Infeksi Saluran Kemih Yang Bisa Sebabkan Janin Cacat
Penggunaan implan ini hanya bisa dipakai selama 3 tahun. Setelah itu, Moms perlu melepas susuk KB tersebut.
Namun, susuk KB ini memiliki beberapa dampak dan sisi negatifnya.
Penggunaan susuk KB memberikan efek samping, seperti kesakitan, memar atau membengkak, kulit kemerahan, infeksi, dan luka.
BACA JUGA Ngeri! Anak ini Meninggal Usai Operasi Tumor 4,5 Kg di Wajahnya
Selain itu, dampak lain termasuk menstruasi yang tidak teratur, depresi atau perubahan mood, kenaikan berat badan, mual dan nyeri bagian perut, munculnya jerawat, nyeri payudara, punggung, hingga sakit kepala.
Kontrasepsi jenis susuk ini tidak disarankan untuk digunakan bagi perempuan yang menderita kanker, mengalami penggumpalan darah, kolesterol dan darah tinggi, atau perempuan dengan siklus menstruasi tidak teratur dan punya penyakit jantung.
Selain itu, susuk KB juga tidak dapat mencegah terkena penyakit menular seksual.
Pemasangan susuk KB bisa dilakukan 1 atau 2 hari setelah melahirkan atau keguguran.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | webmd.com |
Penulis | : | Amelia Puteri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR