Nakita.id – Ibu hamil wajib tahu, berikut ini hal-hal yang dapat meningkatkan risiko kematian janin dalam kandungan.
Melahirkan bayi yang sehat dan selamat tentu menjadi dambaan setiap ibu hamil.
Sayangnya, terkadang hal tersebut justru berjalan sebaliknya.
Ya, keguguran memang menjadi salah satu momok yang dikhawatirkan para ibu hamil.
Apalagi, kemungkinan keguguran terjadi pada ibu hamil juga terbilang tinggi, yakni sekitar 15-20 persen.
Namun, di samping keguguran, ternyata ada hal lainnya yang juga perlu diwaspadai oleh ibu hamil.
Yakni, kematian janin di dalam kandungan.
Meski kasusnya tidak sebanyak keguguran, kematian janin dalam kandungan juga patut dikhawatirkan apalagi jika mengalami kondisi ini.
Wah, kira-kira kondisi seperti apa ya yang meningkatkan risiko kematian janin dalam kandungan?
Agar tak simpang siur, dr. Ruswantriani, SpOG, Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan RSU Bunda Jakarta, pun menjelaskan soal perbedaan keguguran dan kematian janin.
“Jadi, kita pakai batasan 20 minggu. Di bawah 20 minggu, kita sebut dengan keguguran. Tapi, setelah 20 minggu, kita bilang adalah kematian bayi. Atau, bisa juga lahirnya prematur (extreme premature),” jelas dokter yang akrab disapa Tria itu.
“Jadi, kalau sudah trimester tiga, lalu bayi keluar atau meninggal, kita tidak bisa lagi bilang itu keguguran, melainkan kematian janin di dalam rahim,” sambungnya dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id.
Berbicara soal penyebabnya, dr. Tria mengatakan ada tiga faktor yang dapat mengakibatkan kematian janin dalam kandungan.
Yakni, sebab ibu, sebab bayi, serta sebab plasenta dan tali pusat.
dr. Tria menjelaskan, kematian janin dalam kandungan akan semakin tinggi kemungkinannya jika sang ibu memiliki riwayat penyakit kronis.
Mulai dari kencing manis ataupun darah tinggi.
“Jadi, kalau misalnya ada kematian bayi, kita akan melakukan evaluasi. Kalau dari sisi ibu, yang paling sering terjadi adalah adanya penyakit-penyakit kronis, misalnya diabetes mellitus atau kencing manis, darah tinggi, dan lain-lain,” ungkap dr. Tria saat dihubungi secara virtual oleh Nakita.id, Rabu (17/2/2021).
Selain penyakit kronis sang ibu, cacat bawaan yang dialami oleh sang bayi juga bisa mengakibatkan kematian dalam kandungan.
“Kalau bayi, mungkin ada kelainan cacat bawaan yang membuatnya tidak bisa bertahan,” lanjutnya.
Bukan hanya itu, plasenta atau tali pusat janin juga tak kalah pentingnya untuk diperhatikan.
Pasalnya, kematian janin dalam kandungan ternyata bisa diakibatkan oleh masalah pada tali pusat.
“Sedangkan, dari plasenta atau tali pusat, apakah ada masalah? Misalnya, plasenta atau tali pusatnya kecil, atau mungkin ada pilinan di tali pusatnya,” kata dr. Ruswantriani SpOG, Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan RSU Bunda Jakarta.
“Jadi, kadang ada tali pusatnya terpuntir, tersimpul, atau bahkan terlepas dari tempatnya. Itu bisa terjadi walaupun jarang. Jadi, tetap harus kita evaluasi tiga hal tersebut,” tutupnya.
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Nakita_ID |
KOMENTAR