Nakita.id - Kejang demam terjadi pada toddler saat Si Kecil demam lebih dari 38 derajat celcius.
Namun yang perlu diingat kejang demam bukan gangguan sistem saraf pusat atau gangguan metabolisme.
Si Kecil yang mengalami kejang demam bisa saja memiliki bakat atau riwayat orang tuanya dahulu yang kejang demam juga.
Setelah mengetahui penyebab kejang demam, Moms pasti ingin tahu gejala kejang demam pada toddler.
Oleh karena itu, Nakita.id membuat Liputan Khusus bersama dokter anak untuk membicarakan gejala kejang demam pada toddler dan membedakan itu bahaya atau tidak.
Diwawancarai Nakita.id pada Rabu (24/3/2021), dr. Caessar Pronocitro, Sp.A, M.Sc, Dokter Spesialis Anak RS Pondok Indah - Bintaro Jaya menjelaskan gejala kejang demam pada toddler dan membedakan itu bahaya atau tidak.
Dokter Caessar menjelaskan gejala kejang demam pada toddler dan membedakan itu bahaya atau tidak.
"Kejang demam biasa terjadi pada bayi usia 6 bulan hingga 5 tahun kemudian hanya terjadi pada saat Si Kecil mengalami demam.
Nah untuk mengetahui apakah kondisi ini berbahaya atau tidak, kita bisa melihat beberapa hal. Pertama, biasa kejang demam ini terjadinya mayoritas kurang dari 15 menit.
Kedua, kejang demam ini tidak disertai dengan gangguan pada sistem saraf pusat. Dalam bentuk misalnya penurunan kesadaran.
Ketiga, biasanya setelah terjadinya kejang demam ini, kejangnya bisa berhenti sendiri kemudian Si Kecil akan bisa tampak beraktivitas seperti biasa.
Biasanya apabila gejala seperti itu itu bentuk kejang demam yang ringan tetapi Si Kecil tetap membutuhkan pemeriksaan oleh dokter untuk melihat lebih lanjut apakah kondisinya yang berbahaya atau tidak," jelas dokter Caessar.
Sementara, dr. Firda Fairuza, Sp.A, Dokter Spesialis Anak Columbia Asia Hospital Pulomas, saat diwawancarai Nakita.id pada Kamis (25/3/2021) juga menjelaskan gejala kejang demam pada toddler dan membedakan itu bahaya atau tidak.
Dokter Firda mengatakan, prinsipnya kalau kejang demam pastinya bahaya.
"Bahaya tapi dalam arti seperti ini, kejang demam kalau yang simpel, sederhana, tidak ada gangguan dalam otaknya, itu sebenarnya dikategorikan masih lebih baik risikonya.
Walaupun kejangnya ini adalah sesuatu kegawatan di anak tapi kalau misalnya penyebabnya ada infeksi di dalam cairan otak atau di dalam otak ini hal yang harus diwaspadai atau ditatalaksana di rumah sakit.
Jadi semua kondisi kejang demam itu kita anggap hal yang berbahaya sampai benar-benar kita yakin bahwa kejang demamnya ini yang sederhana bukan kejang demam yang kompleks," papar dokter Firda.
Dokter Firda kemudian menjelaskan perbedaan kejang demam biasa dan yang kompleks.
"Untuk membedakannya bagaimana? Kalau kejang demam biasa umumnya tidak lama durasi di bawah 15 menit bahkan di bawah 5 menit.
Biasanya anaknya pun kaku atau kejangnya seluruh tubuh, biasa setelah kejang masih sadar anaknya.
Kalau kejang demam kompleks atau karena penyakit infeksi di otaknya, anak itu kejangnya bisa lama berkelanjutan, lebih dari 15 menit, kemudian berhenti sebentar lanjut lagi, atau anak setelah kejang tidak sadar sama sekali.
Nah ini harus segera diberikan obat anti kejang dan dieksplor apakah infeksi itu berlangsung berat sampai ke otak atau tidak," ujar dokter Firda.
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR