Nakita.id - Perasaan mencintai merupakan fitrah yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa.
Pasangan suami istri yang saling mencintai dan menjaga perasaan dapat menjaga keharmonisan rumah tangga.
Namun, kehidupan tak selalu berjalan mulus.
Banyak orang yang terjebak dalam hubungan asmara dengan orang yang berperangai buruk, salah satunya adalah mudah marah atau temperamen buruk.
Siapa yang suka bila pasangannya mudah emosi dan marah?
Tentunya memiliki pasangan yang bertemperamen buruk bisa membuat hidup tidak nyaman.
Dikutip dari Psychology Today, beberapa orang dewasa terjebak di masa kanak-kanak hingga terkadang membuatnya mengalami tantrum orang dewasa.
Psikolog Seth Meyers Psy. D., orang yang bertemperamen buruk memiliki amarah seperti anak kecil.
Dalam budaya masyarakat, tampaknya lebih lazim dan diterima bahwa pria memiliki temperamen yang buruk.
Pernah bertanya-tanya apa yang seharusnya perempuan lakukan ketika masyarakat mengatakan tidak boleh bagi mereka untuk membalik meja atau berteriak ke seluruh rumah?
Singkatnya, perempuan lebih cenderung menahan perasaan mereka.
Meyers membagikan cerita mengenai kliennya yang menjadi pelampiasan kemarahan pasangannya.
"Baru-baru ini, seorang klien saya memberi tahu saya tentang apa yang terjadi di rumahnya ketika suaminya marah. Singkatnya, semua orang takut dan berhati-hati sampai suaminya bisa mengendalikan suasana hatinya. Klien saya mencintai suaminya tetapi takut sifat ini tidak akan pernah berubah," kata Meyers.
Meyers tahu kliennya itu mungkin salah satu dari jutaan perempuan yang hidup dengan seseorang yang memiliki masalah amarah.
"Lingkungan ini perlahan-lahan menghancurkan harga diri korban hingga dia mulai merasa putus asa tentang masa depan atau hal-hal yang menjadi lebih baik," tambahnya.
Lalu mengapa ada seseorang yang melampiaskan amarahnya kepada pasangan berulang kali?
Menurut Meyers ada beberapa alasan, tapi ada satu alasan yang paling penting.
"Orang-orang yang terlibat dalam perilaku ini melakukannya karena mereka dapat lolos begitu saja tanpa mengalami konsekuensi yang serius. Terlalu sering, orang mengatakan pada diri sendiri bahwa orang yang pemarah tidak dapat benar-benar berubah," terang Meyers.
"Saya secara konsisten menjelaskan kepada klien saya bahwa orang tidak bisa serta merta mengubah kepribadian mereka tetapi tentu saja dapat mengubah perilaku mereka," tambahnya.
Meyers kemudian memberikan saran kepada orang-orang yang memiliki pasangan pemarah dengan berani mengatakan "Tidak lagi" hingga membuat perjanjian kebijakan tanpa tantrum.
Ini perlu dilakukan demi ketenangan rumah dan lingkungan.
Baca Juga: Tidak Perlu Mencabut Rambut, Ternyata Cuma Pakai Kopi Bisa Bantu Menghilangkan Uban
Setiap orang harus belajar bagaimana mengelola perasaan mereka, dan ada banyak jalan keluar yang lebih baik untuk menghilangkan frustrasi ketika seseorang merasa kewalahan daripada mengalami ledakan suasana hati yang kekanak-kanakan.
Hal terpenting yang harus dilakukan jika pasangan Moms memiliki sifat pemarah hingga memengaruhi kehidupan Moms adalah dengan mendudukkan orang tersebut kemudian menjelaskan secara serius bagaimana amukan tersebut memengaruhi Moms.
Jelaskan bahwa Moms bersedia bekerja sama dengan pasangan untuk membantunya menemukan cara yang lebih baik untuk mengatasi saat dia mulai merasa marah.
Perlu dipertegas dengan memiliki batasan waktu bagi pasangan untuk mengubah perilakunya.
Moms tidak perlu melindungi orang yang pemarah.
Katakan secara tegas bahwa Moms juga ingin hubungan yang saling memaklumi, memaafkan, dan menenangkan.
Source | : | Psychology Today |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR