Nakita.id - Sejak dinyatakan cerai, hubungan Atalarik Syach dan Tsania Marwa selalu memanas.
Meski bukan soal harta gono gini, keduanya saling berebut hak asuh anak.
Insiden perebutan anak ini terjadi sejak 2017, di mana keduanya resmi bercerai.
Awalnya, sebelum bercerai Atalarik dan Tsania memang sudah tidak harmonis.
Tsania bahkan mengaku dipersulit bertemu anaknya, namun selalu dibantah Atalarik.
Kasus menjadi semakin panjang setelah hak asuh kedua anak jatuh ke Atalarik dan hakim tidak mengabulkan gugatan hak asuh anak pada Tsania.
Sejak saat itulah proses perebutan hak asuh anak dan juga usaha Tsania Marwa untuk bertemu dua anaknya seolah dipersulit.
Akan tetapi, hal tersebut selalu dibantah Atalarik hingga akhirnya, Tsania Marwa akhirnya melakukan penjemputan paksa kedua anaknya dari rumah mantan suami pada Kamis (29/4/2021) lalu.
Karena insiden tersebut jadi ramai dan jadi konsumsi publik, Atalarik akhirnya angkat bicara.
Di unggahan Instagram-nya, Atalarik mengunggah foto bersama dua anaknya dan pernyataan tertulis terkait proses eksekusi anak yang dilakukan Tsania Marwa beberapa waktu lalu.
Atalarik menyebut bila anak-anaknya mau tinggal bersama atas kemauan mereka sendiri, tanpa paksaan seperti dugaan mantan istrinya.
Tak hanya itu, Atalarik mengaku proses eksekusi yang terjadi padanya membuat anak-anaknya merasa terzalimi dan juga membuat anak-anaknya mengalami kekerasan.
View this post on Instagram
Tindakan yang berlangsung kurang lebih 6 jam tersebut juga dikhawatirkan akan menimbulkan pengaruh psikologis pada dua anaknya yang masih di bawah umur.
Selain itu, Atalarik menilai bahwa proses tersebut dinilai melawan hukum karena memaksa dan menekan anak di bawah umur.
Meski secara terang-terangan membeberkan tindakan eksekusi kepada dua anaknya, Atalarik sengaja menonaktifkan kolom komentar tanpa diketahui alasannya.
Meski demikian, hingga kini banyak publik yang berpihak pada Tsania Marwa mengingat sejak cerai hingga saat ini, ibu kandung dari anak-anak Atalarik dinilai tak pernah merasakan memiliki sang anak seutuhnya.
Source | : | |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR