Nakita.id - Moms pasti sudah tak asing lagi dengan tomat.
Di pasar ada 2 jenis tomat, tomat sayur dan tomat buah. Semuanya sama-sama memiliki manfaat yang bagus untuk kesehatan.
Bagi sebagian Moms mempunyai stok tomat di rumah adalah kewajiban.
Apalagi bagi Moms yang suka membuat jus tomat rumahan, pasti ada banyak sekali tomat di rumah.
Di tengah pandemi seperti ini sulit untuk Moms bolak-balik ke pasar hanya untuk membeli tomat.
Karena tempat yang bisa menimbulkan kerumunan rentan menjadi tempat penyebaran Covid-19, makanya biasanya Moms sering membeli tomat dalam jumlah banyak agar tak bolak-balik ke pasar.
Agar tak cepat busuk, biasanya Moms menyimpannya di kulkas.
Tapi tahukah Moms jika menyimpan tomat di dalam kulkas adalah cara yang salah?
Ya, baru ini ahli mengetahui bahwa menyimpan tomat di dalam kulkas merupakan cara yang salah.
Karena ini bisa menghilangkan senyawa baik dalam tomat.
Seperti yang kita tahu, tomat ini baik untuk kesehatan.
Karena tomat kaya flavonoid dan phyto chemical lain yang memiliki sifat anti karsogenik dan menyehatkan lainnya.
Tomat juga mengandung banyak nutrisi seperti, asam alpha-lipoic, lycopene, kolin, asam folat, betakaroten, lutein dan volatile.
Nah, ada yang spesial dari senyawa volatile ini.
Menurut penelitian, volatile ini adalah senyawa yang bekerja untuk memberikan rasa manis pada tomat.
Menyimpan tomat di bawah sekitar 50 atau 55 derajat fahrenheit menyebabkan senyawa ini hilang.
Para peneliti di Perancis menemukan bahwa tomat yang disimpan pada suhu 68 derajat fahrenheit tidak hanya mempertahankan volatile yang ada, tetapi ini sebenarnya terus menghasilkan lebih banyak.
Saat Moms mendinginkan tomat, selaput di dinding sel menjadi rusakyang mengarah ke tekstur lembek secara keseluruhan.
Sebagai gantinya, Moms harus menyimpan tomat pada suhu ruangan dan hindarkan dari sinar matahari.
Di sisi lain, saat tomat disimpan pada suhu lemari es (39 derajat F) selama penelitian, volatilenya mulai rusak.
Jadi mulai sekarang Moms jangan lagi menyimpan tomat di dalam kulkas ya, bisa berbahaya!
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Source | : | livingtraditionally |
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR