Nakita.id - Di tengah pandemi Covid-19, banyak orang yang kehilangan pekerjaannya.
Pasalnya, lapangan kerja menjadi sangat sedikit dan membuat orang susah untuk bertahan hidup karena mengalami kesulitan ekonomi.
Hal itulah yang akhirnya membuat banyak orang rela melakukan apapun demi bisa mendapatkan uang dan bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19.
Salah satunya dengan menjadi manusia silver.
Baca Juga: Moms dan Dads Perlu Tahu Ciri-ciri Kulit Sensitif pada Bayi, Begini Perawatan yang Bisa Dilakukan
Ya, saking sulitnya ekonomi, banyak orang yang rela mengecat seluruh badannya dengan cat berwarna silver dan kemudian meminta-minta di pinggir jalan atau lampu merah.
Bahkan, baru-baru ini, beredar foto bayi 10 bulan yang juga dijadikan sebagai manusia silver.
Bayi tersebut diajak mengemis di lampu merah di sekitar daerah Pamulang, Tangerang Selatan.
Diketahui, orangtua bayi tersebut memang bekerja sebagai pengemis selama ini.
Namun, keduanya mengaku tidak tahu bahwa buah hatinya dijadikan sebagai manusia silver.
Selama ini, pasangan suami-istri tersebut menitipkan buah hatinya ke tetangga ketika hendak pergi mengemis.
Rupanya, tetangga mereka yang telah menjadikan sang bayi sebagai manusia silver.
Kejadian tersebut pun menjadi sorotan bahkan menuai kecaman banyak orang.
Menanggapi kejadian tersebut, dr. Caessar Pronocitro, Sp. A, M.Sc, dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Pondok Indah, Bintaro Jaya, mengaku turut menyayangkan.
"Kejadian ini sangat disayangkan, karena kulit bayi masih berada dalam masa perkembangan, terutama dalam usia 1 tahun pertama," kata dr. Caessar saat dihubungi Nakita.id, Selasa (28/9/2021).
Ya, kulit bayi 10 bulan yang dijadikan sebagai manusia silver bisa berisiko mengalami kerusakan.
Lebih lanjut, dr. Caessar menjelaskan bahwa ada beberapa perbedaan kulit bayi dan orang dewasa, yakni sebagai berikut:
- Lapisan kulit lebih tipis 20-30 persen dibandingkan kulit dewasa.
- Komposisi dan susunan lapisan kulit anak juga berbeda dibandingkan kulit dewasa.
Dengan begitu, bayi pun lebih mudah mengalami kehilangan air melalui kulit dan juga lebih rentan terhadap berbagai senyawa yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit.
Bukan hanya berisiko membuat kulit bayi rusak, cat yang digunakan tersebut juga bisa mendatangkan masalah kesehatan lain.
"Secara umum, cat tembok yang digunakan untuk mewarnai kulit tersebut dapat terbagi tiga, yakni cat lateks (berbasis air), alkyd (berbasis minyak), dan berbasis pelarut (misalnya toluena, xylena, etanol, dan aseton)," tambahnya.
Cat berbasis minyak dan berbasis pelarut ini memiliki risiko yang lebih tinggi menimbulkan dampak terhadap kesehatan, seperti:
- Cat dapat mengiritasi kulit ataupun organ-organ tubuh lain yang berkontak dengannya, seperti mata, hidung, dan mulut.
- Apabila tanpa sengaja tertelan, maka dapat menimbulkan permasalahan pencernaan.
- Apabila tersedak, maka minyak mineral dalam cat juga dapat masuk ke paru-paru dan menimbulkan gangguan pernapasan.
- Cat berbasis pelarut yang mengandung Volatile Organic Compounds (VOC) apabila terhirup dalam jumlah banyak akan menimbulkan gejala berupa pusing, mual, dan muntah.
Nah, itu dia Moms bahaya yang mungkin saja dialami oleh bayi 10 bulan yang dijadikan manusia silver.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR