Nakita.id - Kasus orangtua yang menyeret anaknya kembali terjadi.
Pada Kamis (28/02/2018), telah beredar sebuah video yang memperlihatkan kekerasan seorang ayah terhadap anaknya.
Pria, Wei yang berasal dari China itu tega memukuli putrinya yang masih berusia 10 tahun lalu mengikatnya di belakang sepeda motor.
BACA JUGA: Tega! Ibu ini Hukum Anaknya dengan Menyeret Sang Anak Pakai Motor!
Melansir news.china.com, kekerasan ini terjadi di kota Ya Long, Da Hua Yao, Guangxi.
Dalam rekaman berdurasi 2'20" tersebut memperlihatkan Wei memukuli anaknya menggunakan tongkat kayu kecil di halaman rumah.
Dalam posisi tertidur dan kaki diangkat oleh ayahnya, si anak menangis sembari menutupi wajahnya menggunakan tangan.
Sebelum mengikatkan kakinya di jok belakang, Wei menyeret anaknya di tanah sebanyak dua kali.
Pria 38 tahun itu pun mengikatkan kaki anaknya, lalu melajukan motor tersebut dengan posisi kepala si anak di bawah.
Ia tampak memarahi anaknya sebelum melajukan motor tersebut dan menyeret anaknya di atas tanah berkerikil.
BACA JUGA: Jalani 30X Operasi Plastik Demi Kekasih, Tapi Ujung-Ujungnya Tragis
Si anak sempat mencoba melepaskan ikatannya, namun Wei terlanjur melajukan motornya.
Gadis kecil tersebut tampak berteriak namun sayangnya tak ada yang menghentikan aksi brutal sang ayah.
Akibat perlakuannya ini pria tersebut akhirnya ditangkap, pihak berwenang segera melakukan penyelidikan pada hari yang sama.
Berdasarkan laporan warga setempat, gadis kecil ini terluka di bagian tangan dan punggung.
Sementara waktu ia harus tinggal di Pusat Kesehatan Kotapraja Ya Long, untuk dilakukan perawatan lebih lanjut dan psikoterapi.
Sementara Wei mengaku bahwa ia berbuat hal ini lantaran putrinya tidak mau bersekolah.
Akhirnya ia ditahan dengan tuduhan penganiayaan pada anak.
BACA JUGA: Bikin Geram! Pria Ini Jambak dan Menyeret Anaknya saat Berbelanja
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR