Menurut Vera, hal tersebut sangatlah disayangkan, karena ketika suami sudah tidak berdaya atau meninggal, maka istri sama sekali tidak mengerti terkait keuangan rumah tangganya selama ini.
"Akan tetapi, di sisi lain, istri tidak diberikan akses ke keuangan bersama, sehingga betul-betul power-nya terletak pada suami. Suami lupa suatu ketika ia kolaps karena sakit, atau meninggal dunia, karena kecelakaan. Lantas apa yang akan terjadi pada istri, dan anak-anak di rumah ketika istri tidak memiliki akses untuk paham keuangan suaminya, akses ke sumber keuangan keluarga, bahkan tidak pernah dilibatkan untuk mengolah keuangan bersama, istrinya jadi tidak paham," jelas Vera.
Sedangkan, menurut Nerissa Wijaya, S.Psi., M.Psi., Psikolog Klinis Anak dan Keluarga Karunya Family Care Center Surabaya, Jawa Timur, uang belanja dijatah suami bukan hanya bisa mendatangkan masalah psikologis pada sang istri.
Secara tidak sadar, Dads pun akan mengalami masalah psikologis tersebut.
"Kita perlu melihat apakah menjatah itu sama dengan budgeting? Karena, bisa jadi suami sudah menilai menjatah itu sama dengan memberi budgeting. Sementara, bagi istri, budgeting itu sesuatu hal yang kayak membatasi ruang geraknya," ujar Nerissa.
"Pandangan terkait budgeting ini harus dibahas secara bersama antara pasangan suami-istri tersebut. Ketika tidak cukup, lalu istri pusing sendiri, maka itu akan berpengaruh terhadap psikologinya, tapi secara tidak langsung juga akan mempengaruhi psikologi suami," pungkasnya saat dihubungi Nakita.id, Rabu (6/10/2021).
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR