Akibatnya, limbah tinja tidak terkelola dengan baik sehingga mencemari lingkungan dan sumber air sekitar.
Salah satu tantangan utama dalam meningkatkan akses ke sanitasi aman adalah kesadaran masyarakat yang rendah terhadap risiko kesehatan masyarakat akibat pengelolaan tangki septik yang tidak memadai dan frekuensi pengurasan tangki yang juga rendah banyak keluarga belum memahami pentingnya menghubungkan toilet dengan sistem pembuangan dengan pipa atau bahwa tangki septik perlu dibersihkan secara berkala.
Tak hanya pada Februari 2022, belum lama ini dalam talkshow yang disiarkan di YouTube Metro TV News pada Rabu (19/10/2022) lalu membeberkan fakta mengenai air minum yang tercemar tinja.
Hal ini diungkapkan oleh Maraita Listyasari (WASH Specialist UNICEF Indonesia).
Maraita menngungkapkan studi yang dilakukan Kementerian Kesehatan terhadap kualitas air minum di Indonesia dengan melibatkan 25.000 rumah tangga di 34 provinsi.
Hasilnya, hampir 70 persen air minum rumah tangga tercemar tinja.
"Kenapa bisa begitu? Kami melihat bahwa walau hampir 80 persen rumah tangga di Indonesia telah memiliki toilet, tetapi hanya 7 persen limbah tinja yang diolah dengan aman," ujar Maraita.
Jika meminum air minum yang tercemar tinja tersebut, ditakutkan akan muncul berbagai risiko akibat kontaminasi tinja seperti kolera, diare, disentri, dan juga demam enterik.
Hal ini turut menyebabkan penyebaran penyakit diare yang merupakan penyebab utama kematian balita.
Di lain kesempatan, TribunLutim mewawancarai Direktur Perumdam Waemami Luwu Timur Andi Maryam Muh Nur Palullu bahwa temuan tersebut bisa terjadi karena proses distribusi airnya.
"Itu biasa pipa distribusi yang kropos ataukah pipa persil pelanggan di rumahnya yang tidak safety atau berada di dekat saptic tank," tutur Andi Maryam mengutip dari TribunLuwu.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR