Protein
Pembentukan sel-sel otot janin sangat memerlukan protein. Tak heran pertumbuhan janin akan terhambat bila ibu hamil kekurangan protein. Bayi akan lahir dengan BBLR, selain mengakibatkan gagalnya pembentukan otak yang optimal karena protein pun berfungsi untuk mendukung kecerdasan anak kelak.
Kegunaan lain adalah untuk pertumbuhan plasenta, cairan amnion, jaringan uterus, hemoglobin, plasma protein, serta untuk cadangan maternal saat melahirkan dan pemberian ASI.
Janin yang kekurangan protein akan mengambilnya dari protein si ibu. Akibatnya, si ibu akan menderita anemia karena protein berfungsi membentuk sel darah merah. Si ibu pun jadi lemah, kurus, dan HB-nya rendah.
Parahnya jika si ibu seorang vegetarian, karena energinya jadi berkurang hingga bisa mengalami keguguran.
Kekurangan protein bisa dipantau dengan pengontrolan BB. Jika ibu hamil berusia antara 20-45 tahun dengan BB normal 54 kg, maka harus menambah BB maksimal 11-16 kg. Jika pertambahan tersebut tak tercapai, berarti ia harus menambah asupan proteinnya.
Caranya? Tentu saja dengan menambah porsi makan. Contoh, jika sebelumnya cuma makan setengah piring dengan nasi dan sepotong tempe, kini jadi sepiring nasi dengan 2 potong tempe, plus segelas susu. Atau, frekuensi makannya yang ditambah, dari 3 kali sehari jadi 6 kali dengan porsi kecil.
Lain halnya bila si ibu sudah kelebihan protein, tentu harus dikurangi.
Pasalnya, kelebihan protein membuat ginjal bekerja ekstra keras menyaring makanan yang mengandung protein sebelum disalurkan ke seluruh tubuh. Bila keadaan ini berlangsung lama, ginjal pun rusak.
Selain itu, protein yang berlebih akan disimpan dalam bentuk lemak. Jika terus bertumpuk, tentulah akan terjadi kegemukan. Ingat, obesitas tak bagus buat kehamilan.
Asam Lemak Esensial
Baca Juga: Pentingnya Kecukupan Gizi Bagi Anak di Masa Tumbuh Kembangnya
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR