Nakita.id - Ternyata bayi prematur berisiko stunting lebih banyak dibanding bayi yang lahir normal setelah 9 bulan dalam kandungan.
Simak penjelasan dari ahli berikut ini.
Memiliki bayi yang lahir prematur memang mengkhawatirkan, apalagi risiko stunting yang bisa saja terjadi.
Hal ini diterangkan oleh Dokter Anak Konsultan Neonatologi Prof Dr dr Rinawati Rohsiswatmo, Sp. A(K), melansir Kompas.
Ia mengatakan, bahwa bayi prematur bisa stunting jika tidak ditangani secara tepat.
Bahkan, kondisi prematur bisa berpotensi menjadi penyumbang stunting terbesar bila penanganannya salah.
"Bayi prematur memang belum waktunya, belum siap. Ini kalau tidak ditangani dengan benar, dia akan menjadi potensial penyumbang stunting terbesar," terang Rinawati.
Studi di 137 negara berkembang yang dipublikasikan di jurnal PLOS Medicine menyebutkan, sebanyak 32,5 persen kasus stunting disebabkan oleh kelahiran prematur.
Mengutip data Kementerian Kesehatan tahun 2018, ada 29,5 persen prevalensi bayi prematur di Indonesia.
Sementara, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan, bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) memengaruhi 20 persen dari terjadinya stunting di Indonesia.
"Prematur itu, bayi yang lahir sebelum waktunya. Kalau bayi berat lahir redah hanya kecil. Kecil sudah pasti prematur? Belum tentu. Bisa saja dia cukup bulan tapi enggak tumbuh," jelas Rinawati.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Susu untuk Bayi Prematur, Tumbuh Menjadi Lebih Sehat
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR