Selama satu dekade terakhir, krisis iklim menjadi bagian penting dari narasi kami.
Editor in Chief National Geographic Indonesia, Didi Kaspi Kasim, menegaskan perlunya perspektif baru untuk menghadapi tantangan lingkungan.
“Kita harus lebih keras mendorong perubahan nyata. Sudut pandang baru ini harus berakar pada tradisi dan kearifan lokal masyarakat kita,” ujar Didi.
Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga adat sebagai bagian dari solusi ekologi.
Agung Wibawanto, Marketing Communication Manager, menambahkan bahwa melalui pameran ini, National Geographic tidak hanya menyajikan keindahan alam Nusantara, tetapi juga menyampaikan pesan mendalam tentang tanggung jawab bersama untuk menjaga Bumi.
"Visual yang kami tampilkan bertujuan menginspirasi setiap orang untuk mengambil langkah kecil yang membawa dampak besar bagi masa depan planet ini," ujar Agung.
Sebagai bagian dari festival sastra, diskusi panel bertajuk "Sowing Hope: Making Sparks in the Dark" akan digelar pada 1 Desember 2024 pukul 15.00 WIB di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki.
Diskusi ini menghadirkan Mahandis Yoanata Thamrin, Managing Editor National Geographic Indonesia, bersama penulis lingkungan Sapariah Saturi dan penyair Niduparas Erlang, serta dipandu oleh Evi Mariani.
"Jurnalisme adalah seni mendongeng dengan tujuan," ujar Mahandis.
"Dalam menghadapi krisis global, harapan dan keyakinan pada kekuatan kemanusiaan adalah modal utama untuk memulihkan Bumi."
Baca Juga: Demi Kurangi Sampah, SayaPilihBumi Gelar Circular City Clean
Pameran dan diskusi ini adalah ajakan untuk merenungkan peran kita dalam menjaga kelestarian Bumi, sekaligus menghormati warisan budaya yang telah lama menjadi pelindung ekologi Nusantara.
Mari bersama-sama menciptakan sudut pandang baru untuk masa depan yang lebih baik.
Rayakan Ultah ke-10, Beautyhaul Berikan Diskon Hingga 90% dari Puluhan Brand Kecantikan di Beautyhaul Mart 2024
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR