Nakita.id - Perubahan iklim menjadi isu global yang semakin mendesak untuk ditangani. Salah satu penyebab utama perubahan iklim adalah emisi karbon yang berasal dari berbagai aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan solusi konkret dan berkelanjutan, salah satunya dengan mendorong pengurangan emisi karbon serta menerapkan praktik pertanian regeneratif.
Sejak 1866, Nestlé sebagai perusahaan dengan portofolio merek terkemuka di dunia senantiasa berkomitmen pada keberlanjutan. Sebagai bagian dari komitmen global untuk mengurangi emisi karbon hingga 50% pada 2030, tahun ini PT Nestlé Indonesia terpilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asia Oceania Africa (AOA) Fresh Milk Sourcing Workshop 2025. Kegiatan ini akan berlangsung selama satu minggu penuh mulai dari 5–13 Mei 2025 di Malang, Jawa Timur, yang dihadiri peserta dari lebih dari delapan negara di kawasan Asia, Oceania, dan Africa, termasuk perwakilan dari Global Nutrition Business Unit dan R&D Agriculture. Lokakarya ini bertujuan untuk mengangkat kolaborasi antara para peternak dan Nestlé dalam melakukan transformasi praktik peternakan sapi perah menjadi lebih tangguh, regeneratif, memiliki jejak karbon yang rendah, serta menyatukan peta jalan pengembangan peternakan susu dalam mendukung komitmen Net Zero.
Materi lokakarya tahun ini mencakup standar terbaru Fresh Milk Sourcing yang di inisiasi Nestlé Global, mulai dari penerapan Regenerative Agriculture, Human Rights, hingga Youth & Agripreneurship Framework. Selain sesi lokakarya, peserta juga akan mengunjungi mitra peternak sapi perah rakyat di Malang, Jawa Timur, untuk belajar langsung mengenai praktik pengelolaan limbah ternak (manure management system) serta mengunjungi fasilitas produksi susu PT Nestlé Indonesia di Pabrik Kejayan. Lokakarya tahun ini akan ditutup dengan Soil Health Training.
Pada pembukaan lokakarya yang dihadiri oleh Kementerian Koordinator bidang Pangan Republik Indonesia yang diwakili Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Produk Peternakan Karsan, S.Sos., M.M, menyampaikan, “Susu adalah salah satu komoditas pangan strategis yang berperan dalam meningkatkan gizi, mendukung kesehatan, serta menggerakkan roda ekonomi sektor peternakan dan industri olahan. Saat ini ketersediaan susu di Indonesia masih ditopang dengan impor, mengingat peternak baru mampu memenuhi 20% kebutuhan susu nasional. Di tengah tantangan yang ada, seperti fluktuasi produksi dan ketergantungan impor, kita perlu solusi yang terstruktur untuk meningkatkan kapasitas produksi lokal, membangun kemitraan yang lebih kuat antara peternak dan industri pengolahan, serta memperkuat ekosistem pendukung, mulai dari distribusi hingga kebijakan tarif dan insentif. Kami mengapresiasi peran PT Nestlé Indonesia yang telah menjalin kemitraan dengan peternak sapi perah rakyat di Jawa Timur sejak 1975. Nestlé telah bekerja sama dengan sekitar 14.000 peternak melalui 27 koperasi susu, menyerap sekitar 350.000 liter susu segar setiap hari. Kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan untuk menciptakan rantai pasok susu segar yang efisien, inklusif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, kami mengajak semua pihak untuk berkontribusi dengan pemikiran inovatif, solusi berbasis data, serta langkah-langkah konkret yang dapat memperkuat rantai pasok susu segar di Indonesia.”
Sejak awal beroperasi, Nestlé telah mengimplementasikan dan mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam berbagai aspek operasional perusahaan di sepanjang rantai pasok, salah satunya Pengadaan Bahan Baku yang Berkelanjutan (Responsible Sourcing). Direktur Corporate Affairs & Sustainability PT Nestlé Indonesia Sufintri Rahayu mengatakan, “Di Nestlé, kami hadir untuk menggunakan potensi makanan guna meningkatkan kualitas hidup setiap individu saat ini dan untuk generasi mendatang. Tahun ini genap 50 tahun, PT Nestlé Indonesia bermitra bersama peternak sapi perah rakyat di Jawa Timur. Hadirnya AOA Fresh Milk Sourcing Workshop 2025 ini tentunya menjadi motivasi bagi PT Nestlé Indonesia untuk tetap konsisten dan berkomitmen pada pengadaan bahan baku yang berkelanjutan. Saya berharap kemitraan yang telah terjalin dapat turut meningkatkan kesejahteraan komunitas peternak sapi perah rakyat di Indonesia. Ketika kami membuka Pabrik Bandaraya di Jawa Tengah, kami turut memulai kemitraan dengan peternak sapi perah rakyat di Jawa Tengah untuk mendapatkan pasokan bahan baku susu segar bagi Bandaraya. PT Nestlé Indonesia pro investasi di Indonesia dan kesejahteraan komunitas peternak sapi perah rakyat di Indonesia.”
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Merrijantij Punguan Pintaria menyampaikan, “Saat ini industri pengolahan susu di Indonesia membutuhkan bahan baku sebesar 4,4 juta ton di mana 80% kebutuhan tersebut masih dipenuhi dari impor. Untuk dapat meningkatkan kontribusi peternak sapi perah di dalam negeri serta menurunkan impor, maka penguatan rantai pasok susu segar menjadi kunci utama. Pemerintah menyadari bahwa sinergi antara peternak rakyat, koperasi, dan industri pengolahan susu harus diperkuat. Selain itu, perusahaan juga telah berperan secara aktif berupaya untuk mengembangkan dan memperkuat kemitraannya dengan koperasi dan peternak sapi perah terutama untuk peningkatan produktivitas dan kualitas bahan baku susu segar untuk industri. Kami berharap PT Nestlé Indonesia tetap berkomitmen untuk terus berkolaborasi dan melakukan inovasi dalam mengembangkan program kemitraannya untuk meningkatkan produktivitas peternak sapi perah rakyat dalam memproduksi bahan baku bagi industri.”
Saat ini, PT Nestlé Indonesia mengoperasikan empat pabrik di Indonesia, termasuk Pabrik Kejayan di Jawa Timur yang memproduksi berbagai produk susu, seperti DANCOW dan BEAR BRAND. Technical Director PT Nestlé Indonesia Antonio Prochilo mengatakan, “Sejalan dengan komitmen kuat PT Nestlé Indonesia untuk melakukan pengadaan bahan baku lokal, seperti susu segar, kami secara konsisten mendorong jaringan peternak kami untuk membangun mata pencaharian yang tidak hanya menguntungkan tetapi juga berkelanjutan. Oleh karena itu, kami merasa sangat senang dapat menjadi tuan rumah bagi tim ahli susu dari seluruh kawasan Asia, Oceania dan Africa untuk mendiskusikan praktik terbaik global dalam peternakan sapi perah yang dapat mendukung perjalanan kami menuju emisi nol bersih, sekaligus memberi kami kesempatan untuk semakin berkontribusi bagi komunitas peternak lokal.”
Lebih lanjut, PT Nestlé Indonesia telah membangun lebih dari 8.700 unit kubah biogas untuk mengubah kotoran sapi menjadi energi terbarukan, mendukung lebih dari 2.000 peternak dalam pengelolaan limbah slurry untuk pertanian, pembuatan kompos, serta produksi vermikompos melalui distribusi lebih dari 5.000 kg cacing. Sejak 2022, PT Nestlé Indonesia juga telah mendistribusikan lebih dari 150.000 plantlets atau tanaman legume (multispecies) untuk mendukung praktik pertanian regeneratif.
Sustainable AgriService Advisor PT Nestlé Indonesia Syahrudi mengatakan, “Nestlé tidak hanya aktif memberikan pelatihan, pendampingan teknis, dan dukungan langsung kepada peternak sapi perah rakyat, tetapi juga berinvestasi secara berkelanjutan untuk memperluas jaringan peternak mitra, memperkuat riset dan pengembangan lewat R&D Agriculture, serta mendorong penerapan praktik peternakan yang lebih berkelanjutan demi memperkuat ketahanan industri susu nasional. Dalam memastikan mata pencaharian peternak yang berkelanjutan, kami selalu mengingatkan kepada para peternak sapi perah rakyat untuk JAGA 3S yaitu Jaga Susu, Jaga Sapi dan Jaga Semesta agar usaha dapat terus berkembang. Terobosan baru hasil R&D Agriculture Nestlé yang sudah kami bagikan kepada para peternak sapi perah rakyat di Jawa Timur ialah pemanfaatan kandang tertutup (close barn) untuk memberikan kenyamanan sapi sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas susu segar yang dihasilkan. Saat ini, sebanyak 50 unit close barn yang sudah dibangun oleh mitra peternak kami.”
Sekaligus langkah konkret dalam pemberdayaan komunitas lokal maupun generasi muda, Nestlé menyelenggarakan berbagai program edukasi baik dalam skala global, seperti Nestlé Needs Youth dan di Indonesia seperti Nesternship (bertujuan memberikan praktik kerja), SETARA Internship (bertujuan memberdayakan talenta disabilitas), Nestlé Management Trainee (untuk mencetak pemimpin masa depan PT Nestlé Indonesia), dan Agripreneurship (untuk membina petani muda lokal dan menghasilkan generasi peternak baru). Program-program tersebut diharapkan mampu untuk juga menghasilkan peternak-peternak muda yang mampu untuk meneruskan usaha peternakan sapi perah di Indonesia.
Baca Juga: Tanaman Penyerap Air Hujan, Tips Membangun Lingkungan yang Berkelanjutan
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR