Nakita.id - Perilaku latah alias suka meniru sudah dimulai sejak bayi belajar bicara di usia 8 bulan.
Dimulai dengan gumaman yang kurang jelas maksudnya seperti “ma...ma...ma..."
Untuk selanjutnya pada usia 12-15 bulan, anak mulai mengucapkan satu kata yang diucapkan dengan cukup jelas, misalnya “num” untuk minum.
Periode pintar (golden age) di usia 0-3 tahun membuat si batita mampu merekam banyak kata dan peristiwa untuk kemudian ditirukannya.
Selain kemampuan bahasanya yang bertambah, ada beberapa hal yang membuat si kecil menjadi latah meniru:
1. Faktor perhatian
Respons lingkungan yang menyenangkan seperti tertawaan atau pujian akan membuat anak meniru perilaku yang mendapat respons seperti itu.
Ia berharap meniru perilaku orang lain akan mendatangkan respons yang sama.
Yakni menjadi pusat perhatian.
Baca Juga: Tak Cuma Membatasi, Peran Orang Tua Ternyata Sangat Penting Agar Anak Tidak Kecanduan Gadget
2. Menimbulkan rasa senang
Misal, saat ada anak memukul-mukul meja dan tertawa kesenangan, si batita juga akan ikut memukul meja.
Awalnya tanpa sadar ia melakukannya karena ikut-ikutan.
Tapi lambat laun anak juga menemukan kesenangan dari kegiatan tersebut.
3. Reaksi spontan
Peniruan oleh anak batita bisa juga merupakan reaksi spontan atau refleks.
Saat temannya menangis, ia pun ikutan menangis.
Bukan karena sedang berempati tetapi semata-mata karena meniru.
Dari menangis, ia bisa berpindah dan ikut-ikut memukul seperti yang dilakukan orang lain.
Baca Juga: 4 Makanan Sumber Kalsium Tinggi yang Bagus untuk Anak-anak
Oleh sebab itu orangtua harus bisa menjadi model yang baik buat anaknya.
Karena yang ditiru adalah perkataan dan perbuatan, maka dua hal inilah yang harus dijaga betul oleh orangtua.
Mulailah menyaring kata-kata atau perilaku di hadapan anak agar yang ditangkap anak adalah hal yang positif.
Peniruan negatif selalu bisa terjadi karena ada faktor luar yang datang dari media dan lingkungan di luar rumah.
Ini tetap menjadi tugas orangtua untuk meluruskannya.
Bagaimanapun, pemahaman anak usia batita belum berkembang sempurna, sehingga orangtua wajib segera memperbaiki apabila kata-kata atau perilaku yang ditiru anaknya tidak baik.
Dapat disimpulkan, latah pada anak batita jelas berbeda dari latah pada orang dewasa, karena latah batita yang dimaksudkan di sini adalah peniruan.
Yang mesti dilakukan bukan bagaimana menghilangkan “latah”/peniruannya, tapi lebih kepada menciptakan lingkungan yang sehat.
Mulailah dari perilaku yang sederhana seperti mengucapkan terima kasih dan ayah-ibu senantiasa bersikap sopan dan santun pada siapa pun.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
KOMENTAR