Tabloid-Nakita.com - Sejak April 2012, WHO mendapat laporan terjadinya 254 kasus yang secara laboratorium terinfeksi penyakit MERS CoV. Sebanyak 93 orang di antaranya meninggal dunia. Hingga saat ini negara-negara yang melaporkannya adalah Saudi Arabia, Yordania, Kuwait, Oman, Qatar, Uni Emirat Arab (UEA); dari benua Eropa: Perancis, Jerman, Yunani, Italia dan Inggris; dari Afrika Utara: Tunisia, dan dari Asia, Malaysia dan Filipina.
Penyebaran virus Mers Cov ini melalui kontak dengan penderita yang terinfeksi. Di era dunia tanpa batas dimana setiap orang di belahan dunia dapat terhubung dengan mudah, penting bagi kita untuk mengenal lebih dekat penyakit ini dan bagaimana pencegahan penularannya. Berikut beberapa pertanyaan seputar MERS Cov yang wajib diketahui para pembaca nakita.
Apakah Penyakit MERS CoV itu?
MERS CoV adalah sindrom/gejala di saluran napas akibat infeksi yang disebabkan virus Corona tertentu. Namun virus Corona yang menyebabkan gejala infeksi MERS CoV termasuk golongan virus Corona “baru” (Novel Corona Virus/NcoV).
Secara morfologi, bentuk virus Corona itu memiliki gambaran seperti mahkota pada permukaannya (corona, crown). Pada pemeriksaan mikroskop elektron tampak seperti gambar di bawah ini.
Jenis virus MERS CoV ini awalnya ditemukan pada beberapa hewan seperti kelelawar dan unta. Di beberapa negara semenanjung Arab, jenis virus itu didapatkan pada hewan-hewan tersebut. Karena itulah kelelawar dan unta diperkirakan menjadi penyebab transmisi virus ini ke manusia, seperti yang dilaporkan pada kasus-kasus awal di beberapa negara Arab.
Meski demikian, hingga saat ini para ahli meyakini penularan MERS CoV lebih disebabkan oleh kontak erat dengan penderita dan pengidap virus ini.
Bagaimana penularan penyakit Mers Cov ini?
Seperti yang sudah disebutkan di atas, penularan virus ini sama seperti penyakit infeksi saluran napas akut (ISPA) lainnya, seperti common cold/selesma, yaitu melalui kontak dengan penderita dan percikan ludah/droplet penderita. Penularan ke berbagai belahan dunia dapat terjadi dengan tingginya arus perpindahan penduduk melalui wisatawan, perjalanan bisnis, jemaah haji, dan sebagainya.
Masa inkubasi penyakit ini 2-14 hari setelah terjadinya infeksi. Para ahli menyatakan selama masa inkubasi tersebut penderita belum menularkan virus tersebut ke orang lain.
Berdasar data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hingga saat ini belum ada kasus MERS CoV di Indonesia. Namun hal ini sebaiknya tidak membuat lengah terhadap kemungkinan penyebaran penyakit ini ke negara kita.
Apa saja gejala penyakit MERS CoV?
Gejala yang muncul di saat awal biasanya menyerupai gejala ISPA yaitu demam, rasa tidak enak badan (malaise), batuk yang produktif, nyeri dada, kemudian diikuti dengan sesak napas (seperti radang paru/pneumonia). Pada beberapa kasus dapat terjadi gejala diare dan bahkan gagal ginjal. Sekitar 30-60% kasus mengalami kematian. Namun demikian infeksi ini dapat saja hanya menyebabkan gejala ISPA ringan.
Apa saja komplikasi yang dapat terjadi?
Gagal ginjal, pneumonia, dan kematian.
Terapi yang diberikan pada penderita MERS CoV?
Secara umum terapi yang diberikan kepada penderita adalah yang bersifat suportif, yaitu memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi secara optimal, pemberian oksigen, dan menghindari terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk kondisi pasien. Pemberian antivirus tidak memberikan hasil yang lebih baik.
Bagaimana pencegahannya penyakit MERS CoV?
Pola hidup yang bersih dan sehat akan sangat membantu kita terhindar dari penularan penyakit ini. Beberapa hal yang dapat mencegah di antaranya adalah :
1. Biasakan mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik. Bantu dan biasakan anak untuk melakukan hal yang sama. Bila tidak ada sabun, dapat menggunakan sanitizer berbahan dasar alkohol sebagai gantinya.
2. Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan di saat batuk atau bersin lalu buang tisu ke dalam tempat sampah.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
KOMENTAR