TabloidNakita.com - Musim hujan merupakan kabar baik bagi kuman, pembawa bibit penyakit. Sebab, perubahan suhu menyebabkan bibit penyakit mudah berkembang biak, sehingga dapat menyerang setiap saat, utamanya anak yang daya tahan tubuhnya belum optimal. Salah satu penyakit yang mewabah di musim hujan adalah radang/infeksi tenggorokan pada anak. Lihat saja antrean klinik atau rumah sakit, banyak di antara mereka, termasuk anak-anak yang terkena radang atau infeksi tenggorokan pada anak.
Baca : Ajaib! Ini cara deteksi penyakit anak lewat jari tangan
Berikut penjelasan lebih jauh tentang penyakit radang tenggorokan pada anak:
Definisi radang tenggorokan pada anak:
Radang tenggorokan adalah istilah umum dari keadaan peradangan atau infeksi di sekitar tenggorokan. Lokasi sekitar tenggorokan meliputi rongga mulut bagian belakang, tonsil (amandel), bagian belakang tonsil atau laring, dan sekitarnya. Menurut Dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A(K),MTropPaed dari RSCM-FKUI, Jakarta, penyebab tersering radang/infeksi tenggorokan adalah virus, dan dalam frekuensi yang lebih sedikit bisa juga bakteri atau jamur. Infeksi tenggorokan ditularkan melalui percikan renik (droplet) saat penderita berbicara, bersin, batuk atau mencium anak. Percikan renik tersebut mengandung kuman yang dapat menyebabkan penyakit yang sama pada bayi/anak.
Baca juga : Hati-hati bila anak mendengkur. Cek infonya apakah mendengkurnya masih normal atau tidak.
Gejala radang tenggorokan pada anak:
Umumnya anak yang terkena radang tenggorokan pada anak akan merasakan demam dan rasa tak enak badan, kadang disertai mual dan muntah sehingga membuat anak menjadi rewel. Asupan minum dan makannya pun berkurang. Anak yang sudah dapat mengomunikasikan perasaannya dengan baik biasanya mengeluh nyeri saat menelan, mulut berbau, batuk, pilek, dan hidung tersumbat/berair.
Pencegahan radang tenggorokan pada anak:
Upaya pencegahan radang tenggorokan yang dapat dilakukan sebenarnya merupakan kiat menjaga kesehatan secara umum. Yang utama yang dapat dilakukan adalah menjaga asupan nutrisi anak yang optimal (sehingga daya tahan tubuh menjadi lebih kuat), memelihara higiene dan sanitasi yang baik, menghindar dari sumber penularan (jauhkan anak dari penderita atau si penderita mengenakan masker bila berdekatan dengan anak), serta memastikan pemberian imunisasi anak yang lengkap.
Baca juga : Begini cara agar anak cepat berjalan
Penanganan radang tenggorokan pada anak:
Radang/infeksi tenggorokan pada anak biasanya akan sembuh sendiri, terlebih jika asupan nutrisi dan cairan anak tercukupi. Masalahnya, di saat sakit, anak malas makan dan minum sehingga muncul risiko kekurangan cairan (dehidrasi). Ditambah lagi, tubuh anak yang sedang demam membutuhkan lebih banyak cairan. Kondisi dehidrasi akan membuat lendir yang terdapat di saluran napas bertambah pekat/kental dan mengakibatkan batuk yang dialami anak menjadi lebih hebat. Karena itu, tambahan asupan cairan amat dianjurkan di saat anak mengalami radang tenggorokan pada anak. Asupan nutrisi yang optimal juga dapat mempersingkat masa sakit anak.
Minuman yang terlalu dingin dapat memperberat gejala radang tenggorokan pada beberapa kasus. Gorengan asalkan tidak terlalu berminyak boleh-boleh saja dikonsumsi. Karena disebabkan virus dan dapat sembuh dengan sendirinya, terapi bagi anak yang kena radang tenggorokan umumnya dilakukan secara suportif (mengurangi gejala-gejala yang ada), seperti penurun panas, pelega saluran napas, pengencer dahak, serta asupan cairan dan nutrisi yang optimal. Pemberian antibiotik akan dievaluasi lebih lanjut karena umumnya infeksi tenggorokan disebabkan virus. Sedangkan antibiotika diberikan bila penyebab penyakit radang tenggorokan adalah bakteri.
Baca : Ini rahasia orangtua di Jepang agar anak-anaknya disiplin. Bisa diterapkan di rumah lo
Dampak:
Radang tenggorokan pada anak pada umumnya tidak memberikan dampak fatal, kecuali bila disebabkan kuman yang sangat patogen, seperti difteri. Kuman patogen ini menyebabkan timbulnya selaput (berwarna keputihan pucat) yang menyumbat saluran napas atas dan mengakibatkan kesulitan bernapas pada anak sehingga dapat berdampak fatal. Jika yang berkembang adalah kuman pertusis, maka akan timbul gejala batuk rejan (batuk 100 hari). Gejalanya khas, yakni batuk tidak berhenti yang diakhiri dengan upaya menarik napas dalam (whooping). Jika terjadi terus-menerus, paru-paru penderita bisa kekurangan asupan oksigen. Dengan imunisasi DTP, kedua penyakit tersebut sudah sangat jarang dijumpai di Indonesia. Untuk itu, pastikan anak mendapatkan imunisasi tersebut.
Jangan sampai anak terkena radang tenggorokan pada anak di musim hujan ini ya Mams and Paps.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
KOMENTAR