Nakita.id.- Stres dan depresi telah menjadi masalah yang sering dialami oleh orang pada zaman sekarang.
Tuntutan pekerjaan, kebutuhan hidup yang semakin banyak, dan kemungkinan di masa depan yang menghantui menjadi contoh beberapa penyebabnya.
Jeleknya, banyak orang yang justru tidak membagi masalahnya tersebut dengan orang lain
Mereka menyimpannya sendiri dan mulai untuk "menghakimi" diri sendiri.
BACA JUGA: Anak Denada Didiagnosis Leukemia, Bahan Alami di Tubuh Perempuan Bisa Turunkan Risikonya!
Seperti, "'Kenapa kakiku bengkak, apakah aku menederita diabetes?'," dan masih banyak lagi kalimat yang muncul dari kekhawatiran diri sendiri.
Nah, seberapa sering Moms mendengar kalimat-kalimat penghakiman seperti di atas? Atau mungkin tanpa disadari pernah mengatakannya?
Tahukah Moms ada bahaya yang mengancam kesehatan mental di balik kalimat-kalimat itu?
Mendiagnosis diri sendiri adalah memutuskan kita memiliki sebuah gangguan atau penyakit berdasarkan pengetahuan yang dimiliki diri sendiri. Perilaku ini adalah sesuatu yang cukup berbahaya.
Selain berdampak pada kepanikan yang tidak perlu, mendiagnosis diri sendiri tanpa pendapat ahli langsung juga berbahaya untuk tindakan lainnya.
Misalnya, seseorang bisa saja mengonsumsi obat yang salah, seseorang bisa saja menyebarkan info yang salah ke orang lain sehingga menyebabkan kekacauan lainnya.
Manusia memang dipenuhi oleh rasa keingintahuan. Sering kali ketika mendapatkan sebuah informasi, seseorang langsung menggeneralisasi yang ia ketahui dengan fakta sekitar.
Padahal informasi yang tersebar di luar sana, ada yang bersifat mentah, dan membutuhkan proses lebih lanjut untuk dapat diaplikasikan.
Kehadiran raksasa mesin pencari seperti Google, Yahoo dan Bing, yang hanya dengan sentuhan bisa membawa kita kepada informasi baru, sedikit banyak memperparah masalah ini.
Banyak orang yang kemudian merasa takut terkena penyakit atau masalah serius pasca melakukan pencarian atas hal aneh yang dirasakan dalam dirinya.
Misal, seseorang belakangan ini sering merasa pusing. Kemudian ia menggunakan mesin pencari untuk menjawab rasa penasarannya.
BACA JUGA: Wah, WHO Golongkan Seks Komplusif Termasuk Penyakit Mental!
Dari hasil pencariannya ternyata membawanya pada gejala penyakit serius seperti kanker otak misalnya.
Orang itu kemudian langsung merasa takut dan sudah panik karena menyangka dirinya mengalami penyakit serius.
Padahal belum tentu dia memang memiliki penyakit serius, tapi dia telah menciptakan kepanikan yang tidak perlu untuk dirinya sendiri. Perilaku inilah yang harusnya dihindari.
Sama dengan penyakit fisik, hal yang sama sering dilakukan pula untuk gangguan mental.
Hal ini yang kemudian menyebabkan munculnya persepsi yang salah mengenai gangguan mental.
Misal, orang yang mood-nya mudah berubah dikira berkepribadian ganda.
Orang yang tidak mudah berada di keramaian dikira antisosial. Orang yang sering berbohong dikira psikopat. Masih banyak mispersepsi lainnya.
Jika memang merasa ada yang salah dengan diri lebih baik segera mengkonsultasikan dengan ahlinya. Misal, ketika merasa ada yang salah secara fisik, bisa langsung bertemu dengan dokter.
BACA JUGA: Mengatasi Sembelit Secara Alami Dalam Waktu Singkat, Begini Caranya!
Atau ketika merasa gelisah atau secara psikis ada masalah, bisa langsung bertemu dengan psikolog. Dengan demikian, kekhawatiran dalam diri bisa langsung jelas ditemukan jawabannya.
Terkadang bertemu langsung dengan ahlinya memang menimbulkan keraguan karena berbagai penyebab.
Orang takut bertemu langsung dengan dokter ketika merasa tubuhnya tidak nyaman karena takut didiagnosis memiliki penyakit berbahaya.
Orang takut berkonsultasi dengan psikolog langsung karena takut akan stigma negatif orang sekitar.
Padahal menyimpan kekhawatiran sendiri atau berusaha mencari tahu sendiri juga tidak menyelesaikan masalah.
Perlu diketahui, khusus untuk gangguan psikologis, seseorang baru bisa dinyatakan memiliki gangguan ketika pendapat itu didiagnosis oleh psikolog atau psikiater.
Seberapa parah gangguan yang dimiliki, bagaimana penanganan yang harus diberikan, dan apa yang harus dilakukan hanya bisa ditetapkan oleh ahlinya. (*)
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | merdeka.com,meanttobehappy.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR