Namun sayang, Sutopo menyebut belum ada banyak kajian terkait fenomena yang diperkirakan berasal dari pergeseran lempeng tektonik yang berada di selatan Indonesia, khususnya Pulau Bali dan NTB hingga saat ini.
"Kisah Sesar Naik Flores yang banyak menimbulkan korban jiwa tapi minim kajian. Begitu juga sumber gempa di Indonesia masih minim penelitian.
Kemen Ristekdikti perlu memprioritaskan penelitian gempa. Selama ini kita banyak tergantung pada penelitian asing. #lombokbangkit," tulisnya.
BACA JUGA: Benarkah Jakarta Bakal Mengalami Gempa Sunda Megathrust?
Kisah Sesar Naik Flores yang banyak menimbulkan korban jiwa tapi minim kajian. Begitu juga sumber gempa di Indonesia masih minim penelitian. Kemen Ristekdikti perlu memprioritaskan penelitian gempa. Selama ini kita banyak tergantung pada penelitian asing. #lombokbangkit pic.twitter.com/t2IOQm4NYs
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) 15 Agustus 2018
Padahal, lanjutnya, berdasarkan data yang terhimpun sejak gempa utama hingga Kamis (16/8/2018) pukul 05.00 WITA, tercatat ada sebanyak 698 kali gempa di Lombok.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | wartakotalive.com |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR