“Bahkan, jika itu tidak disengaja, itu bisa menjadi pernyataan bahwa pasangannya merupakan seseorang yang sangat payah dan tidak mampu,” tambah Danielle.
Ini cukup buruk secara pribadi, terlebih apabila dilakukan di hadapan banyak orang.
Itulah dia Moms sederet tanda bahwa pasangan tidak ingin mengakui hubungannya di depan publik.
Moms, peru diingat bahwa setiap hubungan tentunya memiliki konflik.
Apabila ternyata Moms memilih mempertahankan hubungan, berikut 5 caranya:
1. Konflik itu normal
Konflik adalah bagian dari pengembangan sebuah hubungan, jelas Edmund Wong, general manager dari Touch Community Services dan seorang pembicara Marriage Central.
Tapi jika Moms tidak segera mengidentifikasi masalah sebenarnya yang sedang dihadapi dengan pasangan, Moms akan berakhir dengan rasa ragu dan penasaran.
"Ketika seseorang menang dalam pertengkaran, itu tidak berarti dia telah menyelesaikan sebuah konflik," ungkap Edmund.
2. Hati-hati dengan pemicu pertengkaran
Pasangan yang sudah menikah cenderung berdebat tentang anak-anak, mertua dan masalah keuangan.
"Ketika bayi lahir, dinamika keluarga berubah, pasangan perlu menyesuaikan diri dengan kehidupan dengan anggota keluarga tambahan yang membutuhkan banyak perhatian," kata Edmund.
Bisa jadi, ada harapan yang berbeda dari orangtua saat merawat bayi.
Perselisihan dengan mertua pun kerap terjadi karena cara mendisiplinkan anak-anak yang berbeda pandangan.
Sementara, Moms dan Dads yang telah bekerja seharian di kantor dapat membawa stres kerja di rumah, yang memengaruhi komunikasi mereka.
Baca Juga : Hilda Vitria Kerap Unggah Foto Ibundanya, Mana yang Lebih Cantik?
Dan jika seorang ibu baru memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya, ini bisa memberi tekanan pada keuangan keluarga, yang menyebabkan ketegangan di rumah.
3. Konflik dapat membantu memperkuat hubungan
Jika Moms berusaha untuk menerima perbedaan atau berkompromi, maka dipastikan akan ada penyelesaian segera.
"Suatu hubungan sering diuji dalam situasi konflik. Namun, dalam proses menyelesaikannya, hubungan pasangan tumbuh lebih kuat karena kedua belah pihak merasakan kepercayaan dan kepercayaan yang lebih dalam satu sama lain. "
4. Belajarlah untuk bertengkar dengan cara yang baik
Edmund mengamati bahwa perempuan cenderung lebih emosional dan laki-laki cenderung kurang peka saat berdebat.
Jadi untuk bertengkar dengan benar, Moms harus saling berhadapan pada waktu dan tempat yang tepat.
Bicaralah perlahan, pertahankan kontak mata, dan sadar jangan meninggikan suara.
"Sedikit humor bisa membantu, tapi pasangan perlu fokus pada masalah utama yang ada, bukan gejalanya. Jika perlu, mereka bisa memiliki time-out yang singkat dan kembali lagi. Selalu izinkan untuk meninjau kembali rencana tindakan yang telah disepakati sebelumnya," jelas Edmund.
Dinginkan suasana sebelum argumen Moms meningkat, karena itu sama sekali tidak membantu situasi bahkan akan memperparah.
Bila Moms menjadi emosional, Moms dapat memberi tahu pasangan bahwa kita merasa marah, frustrasi atau sedih, dan meminta waktu istirahat untuk menenangkan diri, jika itu membantu.
Jika konflik semakin sering terjadi, carilah bantuan dari konselor atau psikolog.
5. Tinjau kembali masalah atau konflik yang ada
Biarkan pasangan tahu jika Moms menganggap masalah ini belum beres dan berakhir.
Edmund mengatakan tidak apa-apa untuk meninjau kembali masalah ini.
"Bila Moms bisa menertawakan masalah ini, itu berarti Moms telah melupakan konflik tersebut."
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | nakita,pschology today,Bustle |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR