Mereka juga akan merasa bahwa hidupnya tak lebih dari seonggok sampah yang tanpa arti.
Dan kemudian akan muncul drama baru bagi babak hidupnya.
Tak jarang, mereka jatuh sakit karena merasa depresi.
Di antara mereka yang depresi biasanya sama sekali tak mau makan.
Banyak hal jadi alasan di balik sikapnya tersebut.
Biasanya, mereka ingin diperhatikan oleh sang kekasih.
Mereka berusaha kembali mencuri simpati kekasih dengan memilih jalan yang salah, yaitu dengan menyakiti dirinya sendiri.
Meski ada pula yang berpikiran positif.
Bagi Dr. Rosalind Barnett, psikolog klinis di Weston, Mass, ia merasa bahwa hal itu adalah respon wahar. "Mereka cenderung marah ketika ditolak mundur, terutama di menit terakhir".
Bahkan menurut Dr. Albert L. Waldman, pskiater di Manhattan, orang-orang yang pernah batal menikah dan gagal menikah akan merasa bahwa harga dirinya jauh lebih rendah dibandingkan orang lain di sekitarnya.
"Membatalkan rencana terkadang menyebabkan pasangan merasa kecewa dan menghindari banyak orang di sekitarnya. Dia mempertanyakan apakah orang lain (yang datang di hidupnya) benar-benar dapat dipercaya, setelah ia sempat gagal. Sehingga beberapa orang memutuskan untuk membatasi hubungan dengan orang lain karena merasa lukanya belum sembuh betul," ujar Waldman melihat banyaknya analisis dari para kliennya yang batal menikah.
Tetapi, ada juga yang merelakan hal tersebut dengan mudah dan segera memaafkan pasangan untuk menutup lembar buruk dan kembali membuka lembar baru.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Huffington Post,nakita.id,nytimes.com,Chicago Tribune |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR