Ini bukan kali pertama suporter meregang nyawa akibat kelompok suporter lain di Indonesia.
Insiden yang bukan kali pertama ini dianggap sangat tak manusiawi oleh Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali.
Dalam press release-nya, ia menyebut bahwa kematian suporter menjadi masalah serius di sepak bola Indonesia.
Tetapi meski menjadi hal serius, ia sangat menyayangkan tidak adanya perhatian khusus dari berbagai stakeholders yang terlibat di sepak bola Tanah Air.
“Kasus kematian suporter menjadi masalah serius sepak bola Indonesia. Sayangnya, hal ini idak mendapatkan perhatian khusus dari PSSI, pihak klub dan pihak keamanan. Akhirnya satu nyawa lagi melayang saat laga Persib vs Persija di Stadion GBLA. Haringga Sirla tewas akibat dikeroyok,” tulis Akmal.
Meminjam ujaran dari Akmal, memang benar bila nyawa manusia terlihat sangat murah di sepak bolaIndonesia.
“Nyawa sangat murah di sepak bola Indonesia. Tak pernah ada penyelesaian baik secara hokum sepakbola maupun hukum kriminalitas secara tuntas.”
“Akhirnya, “membunuh” dianggap menjadi hal biasa di sepak bola Indonesia. Karena tidak ada antisipasi dan penanganan kasus secara serius dan tuntas.”
Ungkapan Akmal ini seolah sesuai dengan kejadian yang terjadi di dunia sepak bola Indonesia.
Lebih dari 60 Nyawa Meregang Demi Stadion
Melansir dari BolaSport.com, akhir 2017 lalu, Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Save Our Soccer (SOS) mencatat, hingga 2017, sebanyak 66 nyawa seolah dijadikan tumbal kejamnya suporter sepak bola Indonesia.
Mirisnya, korban tersebut telah jatuh sejak Liga Indonesia digulirkan pada 1994/1995.
Source | : | Kompas.com,BolaSport.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR