Nakita.id - Kanker ovarium atau kanker indung telur merupakan momok yang ditakuti kaum wanita.
Sebenarnya, kanker ovarium merupakan massa kanker yang tumbuh dan berkembang di organ ovarium itu sendiri.
Di Amerika Serikat, kanker ovarium menjadi penyebab kematian utama pada kanker ginekologi di Amerika Serikat.
Pada awalnya, kanker tersebut tidak memperlihatkan gejala.
Baca Juga : Shahnaz Haque Sempat Idap Kanker Ovarium, Gejalanya Sepele dan Mirip Penyakit Lain!
Karenanya, banyak pasien datang ke rumah sakit dengan stadium lanjut.
Kanker ovarium memang sering tidak terdeteksi sampai menyebar di dalam panggul dan perut.
Pada tahap akhir ini, kanker ovarium lebih sulit diobati dan berakibat fatal.
Pembedahan dan kemoterapi umumnya digunakan untuk mengobati kanker ovarium ini.
Kanker ovarium stadium lanjut dapat menyebabkan beberapa gejala spesifik.
Tanda dan gejala kanker ovarium mungkin termasuk:
- Perut kembung atau bengkak
- Cepat merasa kenyang saat makan
- Berat badan turun
- Rasa tidak nyaman di daerah panggul
- Sering konstipasi (susah buang air besar
- Sering buang air kecil.
Baca Juga : Pil KB Dapat Menurunkan Risiko Kanker Ovarium, Studi Membuktikan!
Lalu, apa sebenarnya penyebab kanker ovarium?
Tidak jelas apa yang menyebabkan kanker ovarium, hanya saja terdapat faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit.
Secara umum, kanker dimulai ketika sel mutasi dalam DNA-nya.
Sel yang bermutasi tumbuh dan berkembang biak dengan cepat, menciptakan massa (tumor), yang dapat berkembang menjadi kanker.
Baca Juga : Pernah Idap Kanker Ovarium, Shahnaz Haque Stop Kebiasaan Ini, Sering Dilakukan Ibu Rumah Tangga!
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker ovarium.
Wanita dengan ciri berikut berisiko terkena kanker ovarium:
- Kanker ovarium dapat terjadi pada semua usia tetapi paling sering terjadi pada wanita usia 50 hingga 60 tahun.
- Sebagian kecil kanker ovarium disebabkan oleh mutasi gen yang diwarisi dari orang tua.
Gen yang diketahui meningkatkan risiko kanker ovarium disebut gen kanker payudara 1 (BRCA1) dan gen kanker payudara 2 (BRCA2).
- Orang dengan dua atau lebih kerabat dekat dengan kanker ovarium, memiliki peningkatan risiko kanker ovarium.
- Mereka yang menjalani terapi menggunakan hormon estrogen, terutama dengan penggunaan jangka panjang dan dalam dosis besar.
Baca Juga : Berita Kesehatan Terbaru: Peranakan Turun, Ini Gejala dan Pengobatannya!
- Usia saat menstruasi dimulai dan berakhir.
Memulai menstruasi pada usia dini atau mengalami menopause pada usia lanjut, atau keduanya, dapat meningkatkan risiko kanker ovarium.
Bagaimana cara mencegahnya?
Tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker ovarium.
Tetapi mungkin ada cara untuk mengurangi risiko.
- Pertimbangkan untuk mengonsumsi pil KB.
Wanita yang mengonsumsi pil KB mungkin memiliki penurunan risiko kanker ovarium.
- Diskusikan faktor risiko dengan dokter.
Baca Juga : Pasca Gempa, Adelia Pasha Ungkap Rasa Rindu Dengan Sang Anak
Jika kita memiliki riwayat keluarga kanker payudara dan ovarium, berkonsultasilah ke dokter.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin akan merujuk kita ke seorang konselor genetik yang dapat melakukan pengujian genetik.
Jika ditemukan mutasi gen yang meningkatkan risiko kanker ovarium, kita dapat mempertimbangkan operasi untuk mengangkat indung telur untuk mencegah kanker.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | mayoclinic.org |
Penulis | : | Nia Lara Sari |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR